Friday, April 15, 2016

MAKALAH LIMBAH CAIR TAHU ARKAN SETIAJI




BAB I
PENDAHULUAN

     A. Latar Belakang
Air merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan di Bumi. Semua makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air untuk kelangsungan hidupnya. Sekitar 65 % berat tubuh manusia terdiri dari air, untuk keperluan minum manusia membutuhkan air rata-rata 5 liter per hari sedangkan secara keseluruhan kebutuhan air rumah tangga diperkirakan mencapai 60 liter per hari.(Totok Gunawan:2007:84) Untuk keperluan rumah tangga, air biasanya digunakan untuk mencuci, mandi, minum, memasak, dan lain-lain. Selain kebutuhan rumah tangga air juga digunakan untuk keperluan pertanian, transportasi dan industri. Kegiatan industri dan teknologi tidak terlepas dari kebutuhan air. Dalam kegiatan industri dan teknologi air digunakan sebagai air pendingin, penggerak turbin, air sanitasi, air proses dan sebagainya.
Air merupakan kebutuhan pokok manusia untuk kelangsungan hidup, namun dari 92 daerah terluar di Indonesia, 64 diantaranya adalah daerah sulit air bersih. Selain itu setengah dari penduduk Indonesia kekurangan, bahkan tidak punya sumber air bersih. Persediaan air bersih dimasa kini semakin sulit untuk didapatkan, baik di perkotaan maupun di pedesaan yang dikarenakan meningkatnya jumlah penduduk dan pencemaran lingkungan yang berdampak pada semakin menipisnya ketersediaan air bersih. Seperti di Sungai Siberuk Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal, meskipun berada di daerah pegunungan yang umumnya memiliki sumber air yang bersih, namun air di sungai ini sudah tercemar manyon(limbah cair tahu). Limbah ini menyebabkan pencemaran pada sungai, terutama bau yang ditimbulkan yang tentu saja mengganggu masyarakat di sekitar sungai ini dan menyebabkan masyarakt Sukorejo kesulitan dalam memperoleh air bersih. Para petani sawi hijau di sekitar aliran sungai ini juga mengalami kerugian akibat tidak cocoknya pH air di sungai ini dan tanah disekitarnya terhadap sayuran mereka akibat tercemar limbah cair tahu, pH air di sungai ini berkisar antara 4-6.
Dengan kemajuan teknologi untuk mencukupi kebutuhan pangan yang semakin beraneka ragam jenis maupun cara pengolahannya, yang salah satunya adalah industri tahu rumahan yang ada di daerah Sukorejo. Pabrik tahu ini selain mencukupi kebutuhan gizi masyarakat juga berdampak negatif bagi lingkungan yaitu limbah cair tahu yang dihasilkan. Di dalam satu Kecamatan Sukorejo saja setidaknya terdapat 48 pabrik tahu rumahan yang membuang limbah cair tahu yang dihasilkan langsung ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu, sehingga mencemari air sungai di daerah Sukorejo. Di sisi lain, Kecamatan Sukorejo terkenal sebagai daerah sentra penghasil padi di Kabupaten Kendal. Dengan lahan persawahan seluas ±18.000 hektar dan rata-rata produksi padi pertahun mencapai ±302.400 ton, menghasilkan sekam(kulit padi) yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sekam ini umumnya oleh para pembuat batu bata untuk bahan bakar dalam membakar batu bata dan oleh petani digunakan untuk alas bagi ternak unggas mereka dan setelah terkumpul banyak, alas yang sudah tercampur kotoran unggas disebarkan kembali sebagai pupuk di lahan persawahan.
Dengan adanya limbah cair tahu dan sekam ini yang belum dimanfaatkan secara optimal dan bahkan mengganggu lingkungan. Kami sebagai generasi muda menawarkan inovasi baru guna mengolah manyon dan sekam ini sehingga bermanfaat bagi lingkungan, khususnya bagi petani sawi hijau.

    B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.    Apakah dengan pengucuran dan pendiaman manyon, dapat menjadikan manyon sebagai pupuk sehingga dapat dipakai untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman sawi hijau dan dapat menggantikan pupuk kimia?
C. Tujuan
1.      Untuk mengetahui limbah cair tahu yang diolah dengan pengucuran dan pemeraman dapat menjadikan limbah tersebut sebagai pupuk sehingga dapat dipakai untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman sawi hijau dan menggantikan pupuk kimia.

D. Manfaat
1.      Bagi Penulis
Penelitian ini sebagai pengalaman dan pembelajaran penulis tentang penggunaan limbah cair tahu maupun limbah-limbah yang lain, serta sebagai motivasi penulis untuk selalu mengembangkan penelitian dimasa mendatang.
2.      Bagi Lingkungan
Dengan adanya pengolahan limbah cair tahu ini, diharapkan ketersediaan air bersih di Kecamatan Sukorejo tetap terjaga dan tidak mengganggu lingkungan, serta dapat meningkatkan pendapatan para petani, peternak ikan, dan pemilik usaha tahu dengan saling bekerjasama dalam mengolah limbah tahu ini.







BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Limbah Cair Tahu
Industri tahu mengandung banyak bahan organik dan padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton tahu dihasilkan limbah sebanyak 3.000-5.000 liter. Sumber limbah cair pabrik tahu berasal dari proses merendam kedelai serta proses akhir pemisahan jonjot-jonjot tahu. Pengetahuan tentang karakteristik limbah sangat penting karena untuk menentukan teknologi apa yang harus dipilih dalam penanganan limbah. Karakteristik limbah cair tahu antara lain (Nurhasan dan Pramudyanto, 1991)
1.      Temperatur limbah cair tahu biasanya tinggi (60-80°C) karena proses pembuatan tahu memerlukan suhu tinggi pada saat penggumpalan dan penyaringan.
2.      Warna air buangan transparan sampai kuning muda dan disertai adanya suspensi warna putih. Zat terlarut dan tersuspensi mengalami penguraian hayati maupun kimia sehingga berubah warna.
3.      Bau air buangan industri tahu dikarenakan proses pemecahan protein oleh mikroba alam sehingga timbul bau busuk dari gas H2S.
4.      Kekeruhan pada limbah disebabkan oleh adanya padatan tersuspensi dan terlarut dalam limbah cair pabrik tahu.
5.      pH rendah, limbah cair tahu mengandung asam cuka sisa proses penggumpalan tahu sehingga limbah cair tahu bersifat asam. Pada kondisi asam ini terlepas zat-zat yang mudah menjadi gas.
6.      COD dan BOD tinggi.
B. Sawi Hijau (Brassica rapa convar. Parachinensis)
Sawi hijau (Brassica rapa convar. parachinensis; suku sawi-sawian atau Brassicaceae) merupakan jenis sayuran yang cukup populer. Dikenal pula sebagai caisim, caisin, atau sawi bakso, sayuran ini mudah dibudidayakan dan dapat dimakan segar (biasanya dilayukan dengan air panas) atau diolah menjadi asinan (kurang umum). Jenis sayuran ini mudah tumbuh di dataran rendah maupun dataran tinggi. Bila ditanam pada suhu sejuk tumbuhan ini akan cepat berbunga. Karena biasanya dipanen seluruh bagian tubuhnya (kecuali akarnya), sifat ini kurang disukai. Pemuliaan sawi ditujukan salah satunya untuk mengurangi kepekaan akan suhu ini.

C. Gamping
      Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang atau rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral atau kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah aragonit (CaCO3), yang merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3). Penggunaan batu kapur sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan campuran bangunan, menaikkan pH, industri karet dan ban, kertas, dan lain-lain. 
D. Abu Sekam Padi
      Sekam padi merupakan bahan berlignoselulosa seperti biomassa lainnya namun mengandung silika yang tinggi. Kandungan kimia sekam padi terdiri atas 50 % selulosa, 25 – 30 %lignin, dan 15 – 20 % silika (Ismail and Waliuddin,1996). Sekam padi saat ini telah dikembangkansebagai bahan baku untuk menghasilkan abu yang dikenal di dunia sebagai RHA (rice husk ask). Abu sekam padi yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi pada suhu 400o – 500o C akan menjadi silika amorphous dan pada suhu lebih besar dari1.000o C akan menjadi silika kristalin. Silika amorphous yang dihasilkan dari abusekam padi diduga sebagai sumber penting untuk menghasilkan silikon murni, karbid silikon, dan tepung nitrit silikon (Katsuki et al., 2005). Abu sekam juga dapat digunakan untuk menaikkan pH tanah.




BAB III
METODE PENELITIAN

A.  Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 94 hari dari tanggal 7 Januari 2013 – 10 April 2013.
B.  Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Sungai Siberuk RT 10/ RW 1 Desa Kebumen Kecamatan  Sukorejo, Dusun Kebumen RT 6/ RW 3 Desa Kebumen, Dusun Sumber Tlangu RT 05/ RW 04 Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo dan SMA Negeri 1 Sukorejo Kendal.
C.  Pengumpulan Data
Dalam mencari dan mengumpulkan data penelitian penulis menggunakan beberapa metode penelitian, yaitu :
a. Studi Literatur
      Dalam metode ini penulis mencari sumber literatur melalui buku, internet, maupun surat kabar yang berhubungan dengan limbah hasil olahan pangan khususnya limbah cair tahu, sehingga mendapatkan data-data mengenai dampak lingkungan, manfaat, dan pengolahan limbah cair tahu.
b. Wawancara (interview)
       Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara untuk memperoleh data dari narasumber yang berkaitan dengan limbah cair tahu, sehingga dapat diperoleh data yang valid dan rasional untuk mendukung penelitian ini.
       Adapun narasumber yang penulis wawancarai adalah sebagai berikut :
1.      Rifal Abdul Rozaq yang membantu dalam proses pembuatan alat dan observasi lingkungan tercemar limbah cair tahu.
2.      Bapak Yusuf Suparji yang membantu dalam pengkajian hasil olahan limbah cair tahu.
3.      Ibu Nuryanti Dewi sebagai kepala desa Kebumen yang membantu dalam pengumpulan data mengenai wilayah Kecamatan Sukorejo.
4.      Masyarakat di sekitar Sungai Siberuk.
c. Observasi (observation)
       Pada kegiatan observasi, penulis mengamati proses pengolahan limbah cair tahu dan pengamatan saat pengujian manyon terhadap sawi hijau dan ikan nila di rumah penulis, serta dampak pencemaran limbah cair tahu terhadap tanaman sawi hijau dan ikan nila milik petani di sekitar Sungai Siberuk Kecamatan Sukorejo.

d. Percobaan (Experiment)
       Setelah melakukan study literatur, wawancara, dan obeservasi, penulis melakukan percobaan, yaitu membuat alat pengucur limbah cair tahu dan pengujian terhadap tanaman sawi hijau dan ikan nila menggunakan limbah cair tahu yang sudah diolah agar aman dan bermanfaat bagi lingkungan.
Adapun percobaan yang dilakukan penulis meliputi berbagai tahap seperti :
1. Pembuatan alat pengucur limbah cair tahu
       Adapun alat dan bahan yang diperlukan dalam membuat alat pengucur limbah manyon meliputi : gergaji, paku, penggaris, sambungan pralon T dan L(2 buah), pralon bening sepanjang 1 m, tutup pralon (2 buah), kapur, ember/tempat untuk menampung manyon (dengan ukuran p=40 cm, t=25 cm, l=25cm), water pump 2 buah (Qmax=800L/h) dan (FLmax=1500L/h).
2. Cara pembuatan alat
Adapun cara pembuatan alat pengucur limbah cair tahu sebagai berikut :
1) Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2) Potong pralon sepanjang 80 cm dan 10 cm (2 buah), untuk ukuran 10 cm masing-masing pralon dilubangi dengan jarak antar lubang 1 cm menggunakan paku panas dan rangkai seperti pada gambar berikut :


3) Sambungkan rangkaian pralon tersebut dengan water pump(Lfmax=1500L/h).
4) Untuk water pump (Qmax=800L/h) lepas bagian penutup baling-baling.
5) Rangkai semua alat dengan posisi seperti pada gambar berikut :

3. Cara kerja alat pengucur limbah cair tahu
1) Siapkan manyon dan masukkan ke tempat pengucuran dengan volume sesuai kebutuhan, asalkan limbah tersebut dapat tersedot dan mengucur.
2) Tempatkan water pump (Qmax=800L/h) di dekat permukaan limbah cair tahu.
4) Nyalakan semua alat dan masukkan kapur dengan limbah cair tahu perbandingan 500 ml limbah cair tahu : 3 sdm kapur

4. Melakukan percobaan
a. Percobaan dan pengamatan perubahan pH manyon selama 1 hari dengan pendiaman dengan pH manyon asli adalah 4.
1) Alat dan bahan : ember 2 buah, manyon asli, limbah cair tahu yang sudah diolah, jerigen volume 2 liter sebanyak 2 buah.
2) Percobaan : masukkan limbah cair tahu asli ke ember (M1), masukkan limbah cair tahu asli ke jerigen dan tutup rapat (M2), masukkan limbah cair tahu yang sudah diolah ke ember (M3), masukkan limbah cair tahu yang sudah diolah ke jerigen dan tutup rapat (M4).
b. Menguji ketahanan dan mengamati pertumbuhan sawi hijau terhadap limbah cair tahu yang sudah diolah dengan tambahan abu sekam sebagai salah satu media tanam sawi.
1) alat dan bahan : polybag 40x40 sebanyak 9 buah masing-masing polybag diberi kode P1-P9, tanah pH 6*), abu sekam pH 8*), pupuk akar dan daun, pupuk kompos, limbah cair tahu yang sudah diolah namun tanpa kapur, semprotan.
Keterangan *) : pH yang diukur berdasarkan bahan yang didapat dari lokasi pengamatan, yaitu abu sekam di tempat pembuatan batu bata dan tanah di sekitar lokasi tercemarnya limbah cair tahu.
2) Komposisi dan perbandingan bahan untuk masing-masing polybag :
No.
kode
tanah
Abu sekam
Pupuk akar dan daun
Pupuk kompos
Limbah cair tahu
1.
P1
1,75 kg
300 g
30 g
-
750 ml
2.
P2
1,75 kg
300 g
-
30 g
750 ml
3.
P3
1,75 kg
300 g
-
-
-
4.
P4
2,8 kg
240 g
-
-
750 ml
5
P5
3 kg
-
30 g
-
-
6.
P6
3 kg
-
30 g
-
-
7.
P7
3,5 kg
-
-
-
-
8.
P8
-
600 g
-
-
-
9.
P9
-
600 g
-
-
1750 ml

3) Pengujian limbah cair tahu terhadap sawi hijau, yaitu dengan setelah menanam biji sawi hijau ke polybag dengan jarak antar lubang 5 cm dengan kedalaman 1 cm sejumlah 4 lubang dan masing-masing lubang diisi 2 biji. Untuk polybag kode P1, P2, P4, P9 penyiraman menggunakan limbah cair tahu, sedangkan polybag kode P3, P5, P6, P7, P8 penyiraman menggunakan air biasa. Penyiraman dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pagi dan sore hari dengan pengamatan dilakukan selama 7 hari.




BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Percobaan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan penulis, didapatkan hasil percobaan sebagai berikut:
1) Percobaan yang dilakukan untuk menaikkan pH limbah cair tahu menggunakan alat pengucur limbah cair tahu dan pendiaman selama 1 hari.
No.
M1
M2
M3
M4
pH
4-5
4
7
4

 
2) Pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau dengan limbah cair tahu sebagai salah satu air untuk menyiram tanaman yang dilakukan selama 7 hari.
kode
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
Rata-rata pertumbuhan tanaman
1,1 cm
1 cm
7 mm
8 mm
9 mm
9 mm
7 mm
-
-



B. Pembahasan
      Alat pengucur limbah cair tahu merupakan alat yang digunakan sebagai media untuk menghilangkan amonia pada limbah cair tahu dan sebagai pencampur limbah tersebut dengan kapur untuk menaikkan pH limbah cair tahu. Pendiaman pada limbah cair tahu di tempat terbuka dilakukan guna pemecahan gelembung-gelembung dari busa yang dihasilkan selama proses pengucuran sehingga pH limbah tersebut dapat naik. Percikan air yang dihasilkan dari pengucuran limbah akan mengikat O2 dari udara sehingga O2 mengikat ion H+ pada H2O, perlakuan ini juga dipakai pada pembuatan es batu pada pabrik es untuk meningkatkan O2 pada air.
Penambahan water pump untuk mengucurkan limbah cair tahu ini dimaksudkan untuk meningkatkan kadar O2 pada limbah cair tahu. Selain itu, proses pendiaman selama 1 hari setelah proses pengucuran juga akan meningkatkan pH limbah menjadi netral. Kandungan bahan-bahan organik yang bermanfaat pada limbah cair tahu ini dapat digunakan sebagai pengganti pupuk kimia, karena berdasarkan pengamatan penulis terhadap pertumbuhan sawi hijau selama 7 hari, sawi hijau yang diberi limbah cair tahu mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan penyiraman yang hanya menggunakan air biasa. Abu sekam yang digunakan bertujuan agar pH tanah terjaga dan berkisar antara 6,5-7.
      Dengan adanya pengolahan limbah cair tahu ini, diharapkan dapat menekan kerugian para petani sawi hijau dan mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak pencemaran yang diakibatkan oleh limbah cair tahu ini. Adanya kerjasama antara pengelola usaha tahu, petani sawi hijau, dan masyarakat sekitar guna mengolah limbah cair tahu guna dimanfaatkan, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat Kecamatan Sukorejo, Kendal.


 





BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.  Simpulan
1.      Limbah cair tahu yang diolah dengan cara pengucuran dan pendiaman selama satu hari dan dilakukannya pengujian terhadap tanaman sawi hijau, didapati bahwa limbah tersebut aman bagi tanaman sawi hijau dan dapat dijadikan alternatif pupuk organik pengganti pupuk kimia.

B.  Saran
Kepada Pemerintah
Pemerintah sebaiknya lebih mensosialisasikan cara pengolahan limbah cair tahu ini, agar masyarakat dapat memanfaatkan limbah ini sebagai barang yang berguna dan tidak mencemari lingkungan.
Kepada Masyarakat
Masyarakat seharusnya lebih sadar lingkungan, karena limbah cair tahu tidak hanya mengganggu kelestarian organisme di sekitarnya juga menimbulkan kerugian pada manusia yang tinggal di sekitar limbah tersebut. Tanpa diolah, limbah cair tahu ini akan berdampak pada menipisnya ketersediaan air bersih.









No comments:

Post a Comment