PENGARUH
KOMBINASI DIET MIE LEMPUNG DENGAN AIR REBUSAN TAPAK DARA (Catharanthus roseus) DAN ANTING-ANTING (Acalypha indica) TERHADAP KADAR GULA DARAH MENCIT (Mus musculus)
OLEH:
ARKAN SETIAJI
DAVET SETIAWAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu
kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar
glukosa darah diatas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme
glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun
relatif. Kadar gula darah puasa berkisar 60-126 mg/dl, sedangkan pada penderita
diabetes, kadar gula dalam darah lebih dari 200 mg/dl. Secara normal,
karbohidrat dalam makanan yang kita makan akan diubah menjadi glukosa yang selanjutnya
akan didistribusikan ke seluruh sel tubuh untuk dijadikan energi dengan bantuan
insulin. Namun, pada orang yang menderita diabetes mellitus, glukosa sulit
masuk ke dalam sel karena insulin dalam tubuh kurang atau tidak ada sehingga
mengakibatkan kandungan glukosa dalam darah meningkat.
Saat ini diperkirakan 6,4% populasi dewasa di seluruh dunia hidup
dengan diabetes, dan angka ini akan
terus meningkat hingga mencapai 438 juta pada tahun 2030, atau sekitar
7,8% populasi dewasa, dimana Indonesia akan menempati posisi ke-4 negara
dengan penderita diabetes terbanyak di
dunia. Pada tahun 2013 8,5 juta penduduk Indonesia menderita diabetes mellitus
dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi sebanyak 21,3 juta orang
penderita diabetes mellitus pada tahun 2030. Yang mengejutkan dari sekitar 371 juta orang penderita
diabetes di tahun 2012, ditemukan
50% penderita diabetes tidak tahu bahwa mereka terserang diabetes. Akibatnya
4,8 juta orang meninggal akibat penyakit ini. Berdasarkan data
dari International Diabetes Federation, dari total jumlah pengidap diabetes di
seluruh dunia, baru 46% yang didiagnosis, sedangkan 44% yang menerima perawatan,
dan kurang dari 1% mendapatkan terapi yang sesuai
Diabetes merupakan penyakit yang berbahaya karena memiliki dampak
bagi munculnya penyakit yang lain, seperti glukoma, gagal ginjal, serangan
jantung, dan stroke. Saat ini telah banyak ditemukan obat penyakit diabetes
mellitus. Namun, obat yang terbuat bahan kimia, seperti golongan derivate
sulfonilurea dan derivat biguanid biasanya memiliki dampak yang buruk bagi
tubuh jika dikonsumsi secara terus menerus seperti kerusakan ginjal dan
gangguan jantung, harganya relatif mahal, dan terkadang khasiatnya kurang
optimal. Oleh karena itu sekarang banyak masyarakat Indonesia yang beralih
menggunakan obat-obatan herbal seperti herba sirih merah, ciplukan, tapak dara,
kumis kucing, anting-anting, mahkota dewa dan lain sebagainya. Selain harganya
relatif terjangkau, obat-obatan herbal juga dipercaya tidak memberikan efek
negatif meski dikonsumsi secara berkepanjangan.
Senyawa aktif alkaloid, flavonoid, dan saponin memiliki aktivitas
hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah yang dapat mencegah timbulnya
penyakit diabetes mellitus. Senyawa aktif alkaloid, saponin, tannin, flavonoid,
acalyphine, dan minyak atsiri banyak ditemukan pada herba anting-anting (Acalypha indica). Senyawa aktif
alkaloid dan vindolin juga ditemukan pada herba tapak dara (Catharanthus roseus). Selain itu
penderita diabetes mellitus juga disarankan hanya mengkonsumsi makanan yang
memiliki IG rendah atau terapi diet. Indeks glikemik adalah indikator kenaikan
kadar gula darah dalam waktu 3 jam meningkat setelah makan sesuatu. Glukosa
sebagai standar memiliki IG 100 (Hartono, A. 2009). Banyak makanan yang mengandung
IG rendah, antara lain susu 27, kacang polong 48, jagung 55, mie 40, kacang
tanah 14, talas 15, suweg 42, sagu 28, dan lain sebagainya. IG rendah bila
kurang dari 55, IG sedang bila antara 55-70, dan IG tinggi bila lebih dari 70.
Selama ini belum banyak yang melakukan
penelitian dengan mengkombinasikan antara makanan dan minuman sebagai terapi
diabetes, terutama pada pemanfaatan herba anting-anting yang merupakan tanaman
gulma. Berdasarkan data
dan fakta tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
seberapa besar dampak kombinasi diet makanan yang memiliki IG rendah dengan air
rebusan herba anting-anting dan herba tapak dara. Bahan makanan yang dipilih
adalah suweg, talas, dan singkong yang akan diolah menjadi mie. Kesemua bahan
yang digunakan dalam penelitian ini, seperti tapak dara, anting-anting, suweg,
talas, dan singkong berasal dari daerah Sukorejo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah pengaruh
kombinasi diet mie lempung dengan air rebusan herba anting-anting (Acalypha
indica) dan herba tapak dara (Catharanthus roseus) terhadap
kadar gula darah mencit (Mus musculus)?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui
pengaruh kombinasi diet mie lempung dengan air rebusan herba anting-anting (Acalypha
indica) dan herba tapak dara (Catharanthus roseus) terhadap
kadar gula darah mencit (Mus musculus).
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
- Penderita diabetes mellitus memiliki obat diabetes sekaligus makanan dan minuman alternatif yang aman dikonsumsi, menyehatkan, murah, dan berkualitas nilai gizinya.
- Mengoptimalkan fungsi tapak dara dan anting-anting, tidak hanya sebagai tanaman hias dan gulma namun juga sebagai obat diabetes mellitus.
- Masyarakat pada umumnya menjadi termotivasi untuk melakukan pola konsumsi makanan dan minuman yang menyehatkan, sehingga secara langsung berpartisipasi mencegah timbulnya penyakit diabetes mellitus.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus
Diabetes berasal dari bahasa yunani yaitu
diabêtês yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai
keadaan di mana terjadi produksi urin yang melimpah pada penderita (Lawrence,
1994). Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit yang melibatkan hormon
endrokin pankreas, antara lain insulin dan glukagon. Manifestasi utamanya
mencakup gangguan metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein yang pada
akhirnya merangsang terjadinya hiperglikemia, kondisi hiperglikemia ini
tersebut akan berkembang menjadi diabetes mellitus dengan berbagai macam bentuk komplikasi
(Nugroho, 2006).
Diabetes mellitus menurut Price (1995)
adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen
dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, sedangkan khan
(1995) memberi definisi diabetes mellitus sebagai sindrom kompleks yang terkait dengan metabolism
karbohidrat, lemak dan protein dengan ciri-ciri hiperglikemik dan gangguan
metabolisme glukosa, serta terkait secara patologis dengan komplikasi
mikrovaskuler yang spesifik, peyakit mikrovaskuler sekunder pada perkembangan
aterosklerosis dan beberapa komplikasi yang lain meliputi neuropati komplikasi
dengan kehamilan, dan memperparah kondisi infeksi Pada awalnya gejala diabetes mellitus bisa
muncul tiba-tiba pada anak dan orang dewasa muda. Namun, pada orang dewasa tua
(>40 tahun) gejala dapat mucul tanpa disadari. Mereka umumnya baru mengidap
diabetes mellitus pada saat pemeriksaan kesehatan (Dalimarta, 2007). Diabetes
mellitus dapat diprediksi dari kadar glukosa darah penderita, American Diabetes Association (2006) menetapkan kriteria kadar
glukosa diabetes dengan pengukukuran glukosa darah sewaktu >200 mg/dl,
glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, dan kadar glukosa darah dua jam setelah dilakukan tes toleransi glukosa
dengan beban glukosa 75 gram adalah ≥200 mg/dl (Scobie, 2007). Sementara itu,
sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes mellitus di Indonesia menurut
Dr.shidartawan soegondo, diabetes mellitus ditetapkan pada pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu mencapai 200 mg/dl atau lebih pada pemeriksaan sewaktu
atau kadar glukosa darah puasa mencapai 126 mg/dl (kompas 2005).
Gejala klasik diabetes mellitus disebabkan
oleh kelainan metabolisme glukosa. Kurangnya aktivitas insulin menyebabkan
kegagalan pemindahan glukosa dari plasma ke dalam sel. Tubuh merespon dengan
stimulasi glikogenolisis, glukoneogenesis dan lipolisis yang menghasilkan badan
keton. Glukosa yang diserap ketika makan tidak dimetabolisme dengan kecepatan
normal sehingga terkumpul didalam darah (hiperglikemia) dan disekresi ke dalam
urine (glikosuria) dan menyebabkan diuresis osmotik sehingga meningkatkan produksi
urine (poliuria). Kehilangan cairan dan
hiperglikemia meningkatkan osmolaritas plasma, yang merangsang pusat rasa haus
(polidipsia) (Chandrasoma, 2005). Diabetes mellitus dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan sekresi insulin endogen untuk
mencegah munculnya ketoasidosis yaitu, DM tipe I, yaitu Diabetes mellitus
tergantung insulin (IDDM, insulin dependent diabetes mellitus) dan DM tipe II
yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin (NIDDM, non insulin
dependent diabetes meliitus) (Kahn, 1995)
B. Mie Lempung
Mie lempung
merupakan produk hasil inovasi dari mie suweg. Masyarakat Sukorejo membuat mie
suweg dengan bahan-bahan seperti umbi suweg kukus, tepung terigu, dan telur.
Kemudian penulis menginovasi bahan-bahan tersebut dengan mengganti tepung
terigu menjadi tepung tapioka, menambahkan tepung talas, dan umbi suweg kukus
diganti tepung suweg. Ketiga bahan utama tersebut dipilih karena nilai IG yang
rendah sehingga aman bagi penderita diabetes. Berikut kepustakaan mengenai
bahan-bahan tersebut :
a. Tepung Talas
Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai bahan baku
tepung-tepungan karena memiliki kandungan pati yang tinggi, yaitu sekitar
70-80%. Tepung talas memiliki ukuran granula yang kecil, yaitu sekitar 0.5-5
mikron. Ukuran granula pati yang kecil ini ternyata dapat membantu individu
yang mengalami masalah dengan pencernaannya karena kemudahan dari talas untuk
dicerna. Nilai gizi dari tepung talas adalah air 0.05%, protein 0.04%, lemak
0.1%, serat kasar 0.06%, total abu 0.054%, karbohidrat 77.163%.
b. Suweg
Umbi suweg (Amorphophallus paeoniifolius) mengandung pati yang komposisinya didominasi
oleh mannan; warna umbi putih, sering dengan semburat
warna merah jambu atau ungu. Berdasarkan data dari DKBM P3G '90,
suweg mengandung energi sebesar 69 kilokalori, protein 1 gram, karbohidrat 15,7
gram, lemak 0,1 gram, kalsium 62 miligram, fosfor 41 miligram, dan zat besi 4
miligram. Selain itu di dalam Suweg juga terkandung vitamin A sebanyak 0
IU, vitamin B1 0,07 miligram dan vitamin C 5 miligram. Hasil tersebut
didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram suweg, dengan jumlah yang
dapat dimakan sebanyak 86 %. Tepung umbi suweg sendiri mengandung kadar
amilosa 28.98%, serat pangan 13,71%, serat pangan larut 8,44% dan serat pangan
tak larut sebesar 5,27%.
c. Tepung Tapioka
Tapioka adalah tepung yang diperoleh dari singkong. Tapioka memiliki sifat-sifat yang serupa
dengan tepung sagu, sehingga penggunaan keduanya dapat dipertukarkan. Tepung ini
sering digunakan untuk membuat makanan dan bahan perekat. Banyak makanan tradisional yang menggunakan tapioka sebagai bahan bakunya, seperti bakso. Umbi singkong
memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat
besi, vitamin B dan C, dan amilum.
C. Tapak Dara
Tapak dara adalah perdu tahunan yang berasal dari Madagaskar, namun telah menyebar ke berbagai daerah tropika lainnya. Nama ilmiahnya Catharanthus
roseus (L.) Don. Perdu kecil tahunan, berasal dari Amerika
Tengah. Tumbuh baik mulai dari dataran
rendah sampai ketinggian 800 meter di
atas permukaan laut. Tumbuhan ini menyukai tempat-tempat yang terbuka, tapi tak
menutup kemungkinan bisa tumbuh di tempat yang agak terlindung pula. Habitus
perdu tumbuh menyamping, Tinggi tanaman bisa mencapai 0,2-1 meter. Daunnya
berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tersusun menyirip berselingan. Panjang
daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek. Batang
dan daunnya mengandung lateks berwarna putih. Bunganya aksial (muncul dari
ketiak daun). Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet,
ujungnya melebar, berwarna putih, biru, merah jambu atau ungu tergantung
kultivarnya. Buahnya berbentuk gilig (silinder), ujung lancip, berambut,
panjang sekitar 1,5 - 2,5 cm, dan memiliki banyak biji.
Tapak dara yang memiliki bunga berwarna
merah muda atau putih ini mempunyai kandungan kimia sebagai antioksidan yaitu
unsur–unsur kimia yang bermanfaat untuk pengobatan, antara lain zat alkaloid
yaitu leurosine, catharanthine, lochnerine, tetrahydroalstonine, vindoline, dan vindolinine. Kandungan alkaloid ini
berefek antioksidan yang mengurangi dampak negatif aloksan terhadap sel-sel
beta pankreas. Hal ini menyebabkan fungsi sel-sel beta pankreas sebagai
penghasil insulin menjadi lebih baik dan dengan demikian terjadi penurunan
glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan sebelumnya (Yuniarti, 2008).
D. Mencit
Mencit (Mus
musculus) termasuk dalam genus Mus, sub family murinae, family
muridae, orderrodentia. Mencit yang
sudah dipelihara di laboratorium sebenarnya masih satu family dengan mencit liar.
Sedangkan mencit yang paling sering dipakai untuk penelitian biomedis
adalah Mus musculus. Berbeda dengan
hewan-hewan lainnya, mencit tidak memiliki kelenjar keringat. Pada umur empat minggu berat badannya mencapai 18-20
gram. Jantung terdiri dari empat ruang
dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Hewan
ini memiliki karakter lebih aktif pada malam hari daripada siang hari. Diantara
spesies-spesies hewan lainnya, mencitlah yang paling banyak digunakan untuk
tujuan penelitian medis (60-80%) karena murah dan mudah berkembang biak. Hewan
ini memiliki karakter lebih aktif pada malam hari daripada siang hari.
(Kusumawati, 2004). Mencit dipilih menjadi subyek eksperimental sebagai bentuk
relevansinya pada manusia. Walaupun mencit mempunyai struktur fisik dan antomi
yang jelas berbeda dengan manusia, tetapi mencit adalah hewan mamalia yang
mempunyai beberapa ciri fisiologi dan biokimia yang hampir menyerupai manusia
terutama dalam aspek metabolisme glukosa melalui perantaraan hormon insulin.
E. Anting-anting
Anting-anting (Acalypha indica Linn.) merupakan gulma yang sangat umum ditemukan tumbuh liar di pinggir jalan,
lapangan rumput, maupun di lereng gunung. Herba semusim, tegak, tinggi 30-50
cm, bercabang dengan garis memanjang kasar, berambut halus. Daun tunggal,
bertangkai panjang, letak tersebar. Helaian daun berbentuk bulat telur sampai
lanset, tipis, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, panjang 2,5-8 cm,
lebar 1,5-3,5 cm, berwarna hijau. Bunga majemuk, berkelamin satu, keluar dari
ketiak daun, kecil-kecil, dalam rangkaian berbentuk bulir. Buahnya buah kotak,
bulat, hitam.
Daun, batang, dan akar mengandung saponin dan
tanin. Batangnya juga mengandung flavonoida dan daunnya mengandung minyak
asiri. Penelitian Arjadi dan Susatyo (2010) menyebutkan senyawa flavonoid dapat
menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang sel β pankreas untuk
memproduksi insulin lebih banyak.
F.
Hipotesis Penelitian
Kombinasi
diet mie lempung dengan air rebusan herba anting-anting (Acalypha indica)
dan herba tapak dara (Catharanthus roseus) dapat
menurunkan kadar gula darah mencit (Mus musculus).
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi SMA 1 Sukorejo
dan rumah penulis di Desa Kebumen, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal sejak 16
Juni 2014 sampai dengan 4 Agustus 2014.
B. Jenis dan Variabel Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsi kuantitatif
eksperimen yang menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL). Adapun
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
- Variabel bebas : berbagai varian kombinasi diet mie lempung, air rebusan herba anting-anting, dan herba tapak dara yang diberikan kepada mencit.
- Variabel kontrol : mencit (Mus musculus) tanpa perlakuan dan mencit hiperglikemik.
- Variabel terikat : penurunan kadar gula darah mencit.
C. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Literatur
Dalam penelitian ini, penulis melakukan riset pustaka di
perpustakaan SMAN 1 Sukorejo, berupa pencarian literatur di buku-buku maupun
jurnal ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Eksperimen
Pembuatan Mie Lempung
Alat dan Bahan :
1.
Tepung suweg 200 gram
2.
Tepung talas 200 gram
3.
Tepung tapioka 400 gram
4.
Telur 5 butir
5.
Serbuk kayu secang 20 gram
6.
Air
7.
Alat Pencetak Mie
Cara Pembuatan :
1. Perbandingan
ketiga tepung tersebut adalah tepung suweg 25%, tepung tapioka 50%, dan tepung
talas 25%.
2. Campur
bahan-bahan mie lempung dengan telur dan air kayu secang secukupnya sambil
terus diaduk.
3. Tambahkan
sedikit minyak goreng (agar mie komposit tidak lengket).
4. Diamkan
selama 5 menit kemudian cetak mie dan dijemur selama 3 hari hingga kering.
5. Saat
dimasak disarankan direbus dengan air kayu secang sebagai antibakterial.
Percobaan pada Mencit
Alat dan
bahan :
1. Air
rebusan daun tapak dara dengan konsentrasi 10% (10 g bahan dilarutkan dengan
100 ml air)
2. Air
rebusan herba anting-anting dengan konsentrasi 10% (10 g bahan dilarutkan dalam
100 ml air)
3. Kombinasi
air rebusan herba anting-anting dan daun tapak dara dengan konsentrasi
masing-masing 5% (5 g bahan dilarutkan dengan 100 ml air)
4. Mie
lempung
5. Gula
pasir (sukrosa) dan air
6. Mencit
(Mus musculus) galur Swiss webster sebanyak
30 ekor umur 2-3 bulan dengan berat 28-36 gram.
7. Kandang
mencit beserta perlengkapannya
8. Gluko
tes
Prosedur
Percobaan :
Dalam
metode RAL ini digunakan enam perlakuan, yaitu :
A :
mencit tanpa perlakuan.
B :
mencit diberi air rebusan daun tapak dara.
C :
mencit diberi air rebusan herba anting-anting.
D :
mencit diberi air rebusan herba anting-anting dan daun tapak dara.
E : mencit
diberi makanan mie lempung.
F : mencit
diberi kombinasi diet mie lempung dengan air rebusan daun tapak dara dan herba anting-anting.
Masing-masing perlakuan
diulang sebanyak 5 ulangan. Sehingga terdapat 30 obyek percobaan. Mula-mula
semua perlakuan dites terlebih dahulu gula darahnya. Kemudian sebanyak 25 ekor
mencit (kode B hingga F) diinduksi sukrosa dengan dosis 25% (25 gram bahan
dilarutkan dalam 100 ml air) secara oral melalui minuman selama 3 hari
berturut-turut sebagai kelompok tikus hiperglikemik. Pemberian makanan setiap
dua kali sehari dan minuman pada berbagai perlakuan dilakukan secara tak
terbatas. Kelompok tikus B, C, dan D diberikan perlakuan setiap 3 hari sekali
sebanyak 3 kali uji. Kelompok E perlakuan diberikan setiap hari selama 9 hari
dengan pengujian setiap 3 hari sekali dengan 3 kali uji. Kelompok F diberikan
mie lempung secara rutin selama 9 hari dan air rebusan herba anting-anting dan
tapak dara setiap 3 hari sekali, serta dilakukan pengujian setiap 3 hari sekali
sebanyak 3 kali uji. Setiap kali pengujian semua kelompok perlakuan dipuasakan
terlebih dahulu selama 10 jam.
Standar yang digunakan untuk
mengetahui kondisi tikus hiperglikemik adalah >140 mg/dl Menurut Kusumowati
(2004), bahwa kadar glukosa darah bagi mencit normal ialah 62,8 ± 176 mg/dl.
Pada penelitian ini kadar darah melebihi 140 mg/dl sudah dianggap diabet,
karena menurut Maulana (2008) bahwa kadar glukosa darah manusia normalnya
adalah 90 ± 140 mg/dl. Adapun pengukuran gula darah pada berbagai perlakuan
dilakukan di bagian ujung ekor mencit yang terdapat pembuluh vena. Pengujian
sendiri dilakukan setiap pukul 21.00 WIB.
D. Metode Analisa Data
Analisa data ini dihitung
secara manual menggunakan analisa sidik keragaman (uji F). Bila hasilnya
berpengaruh nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji beda nyata
terkecil atau uji BNT kemudian ditentukan perlakuan yang terbaik.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil
penelitian dari kadar glukosa darah pada mencit dengan berbagai perlakuan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Perlakuan
|
Ulangan
|
Jumlah
|
Rerata
|
||||
M1
|
M2
|
M3
|
M4
|
M5
|
|||
A
|
62
|
97
|
58
|
76
|
85
|
378
|
75,6
|
B
|
68
|
64
|
50
|
73
|
96
|
351
|
70,2
|
C
|
80
|
67
|
55
|
46
|
75
|
323
|
64,6
|
D
|
67
|
58
|
62
|
70
|
67
|
324
|
64,8
|
E
|
45
|
44
|
99
|
71
|
80
|
339
|
67,8
|
F
|
69
|
56
|
46
|
39
|
57
|
267
|
53,4
|
Tabel 1. Cek darah hari ke-1 (7 Juli 2014)
Perlakuan
|
Ulangan
|
Jumlah
|
Rerata
|
||||
M1
|
M2
|
M3
|
M4
|
M5
|
|||
A
|
64
|
96
|
56
|
76
|
85
|
377
|
74,4
|
B
|
161
|
154
|
174
|
201
|
218
|
908
|
181,6
|
C
|
215
|
178
|
189
|
185
|
212
|
979
|
195,8
|
D
|
122
|
211
|
137
|
193
|
163
|
826
|
165,2
|
E
|
106
|
160
|
156
|
159
|
223
|
804
|
160,8
|
F
|
116
|
148
|
146
|
174
|
192
|
776
|
155,2
|
Tabel 2. Cek darah hari ke-4 (10 Juli 2014)
Perlakuan
|
Ulangan
|
Jumlah
|
Rerata
|
||||
M1
|
M2
|
M3
|
M4
|
M5
|
|||
A
|
62
|
98
|
58
|
75
|
85
|
378
|
75,6
|
B
|
116
|
128
|
132
|
135
|
163
|
674
|
134,8
|
C
|
150
|
141
|
154
|
156
|
152
|
753
|
150,6
|
D
|
112
|
133
|
118
|
134
|
120
|
617
|
123,4
|
E
|
99
|
113
|
104
|
110
|
148
|
574
|
114,8
|
F
|
89
|
102
|
111
|
123
|
184
|
609
|
121,8
|
Tabel 3. Cek darah hari ke-7 (13 Juli 2014)
Perlakuan
|
Ulangan
|
Jumlah
|
Rerata
|
||||
M1
|
M2
|
M3
|
M4
|
M5
|
|||
A
|
63
|
96
|
56
|
75
|
88
|
378
|
75,6
|
B
|
103
|
115
|
105
|
100
|
124
|
547
|
109,4
|
C
|
119
|
109
|
120
|
118
|
122
|
588
|
117,6
|
D
|
86
|
90
|
97
|
91
|
95
|
459
|
91,8
|
E
|
89
|
102
|
91
|
96
|
128
|
506
|
101,2
|
F
|
71
|
75
|
78
|
74
|
126
|
424
|
84,8
|
Tabel 4. Cek darah hari ke-10 (16 Juli 2014)
Perlakuan
|
Ulangan
|
Jumlah
|
Rerata
|
||||
M1
|
M2
|
M3
|
M4
|
M5
|
|||
A
|
64
|
95
|
55
|
75
|
87
|
376
|
75,2
|
B
|
87
|
92
|
90
|
88
|
99
|
456
|
91,2
|
C
|
100
|
93
|
95
|
85
|
89
|
462
|
92,4
|
D
|
75
|
76
|
82
|
80
|
84
|
397
|
79,4
|
E
|
80
|
95
|
86
|
83
|
95
|
439
|
87,8
|
F
|
67
|
68
|
70
|
65
|
86
|
356
|
71,2
|
Tabel 5. Cek darah hari ke-13 (19 Juli 2014)
Grafik 1. Kondisi gula darah mencit
selama percobaan
Keterangan :
A :
mencit tanpa perlakuan.
B :
mencit diberi air rebusan daun tapak dara.
C :
mencit diberi air rebusan herba anting-anting.
D :
mencit diberi air rebusan herba anting-anting dan daun tapak dara.
E :
mencit diberi makanan mie lempung.
F :
mencit diberi kombinasi diet mie lempung dengan air rebusan daun tapak dara dan
herba anting-anting.
Dari grafik tersebut dapat
diketahui bahwa kadar gula darah kelompok mencit A (tanpa perlakuan) selama 13
hari berada pada kisaran ±75 mg/dl. Berikutnya, setelah
kelompok perlakuan B hingga F diberi sukrosa selama 3 hari, kadar gula darah
melonjak cukup signifikan. Kelompok B mengalami peningkatan sebesar 158,7% dari
70,2 mg/dl menjadi 181,6 mg/dl, kelompok C naik sebesar 203% dari 64,6 mg/dl
menjadi 195,8 mg/dl, kelompok D naik sebesar 154,9% dari 64,8 mg/dl menjadi
165,2 mg/dl, kelompok E naik sebesar 137% dari 67,8 mg/dl menjadi 160,8 mg/dl,
dan kelompok F naik sebesar 190,6% dari 53,4 mg/dl menjadi 155,2 mg/dl. Kondisi
hiperglikemia ini disebabkan oleh pemberian sukrosa dengan dosis yang relatif
tinggi. Sukrosa dalam sel epitel usus halus akan dihidrolisis oleh enzim
sucrase menghasilkan glukosa dan fruktosa. Pada usus halus terjadinya
penyerapan glukosa dan masuk ke peredaran darah, sehingga meningkatkan kadar
glukosa darah.
Kemudian setelah kadar gula
darah mencit naik, dilakukanlah 3 kali pengujian pengaruh berbagai perlakuan
selama 9 hari. Pada hari ke-13 pengujian, kelompok B hingga F mengalami
penurunan yang juga cukup signifikan. Kadar gula darah kelompok B (diberi air
rebusan daun tapak dara) turun sebesar 49,8% dari 181,6 mg/dl menjadi 91,2
mg/dl, kelompok C (diberi air rebusan herba anting-anting) turun sebesar 52,8%
dari 195,8 mg/dl menjadi 92,4 mg/dl, kelompok D (diberi air rebusan daun tapak
dara dan herba anting-anting) turun sebesar 51,9% dari 165,2 mg/dl menjadi 79,4
mg/dl, kelompok E (diberi mie lempung) turun sebesar 45,4% dari 160,8 mg/dl
menjadi 87,8 mg/dl, dan kelompok F (diberi diet mie lempung dengan air rebusan
daun tapak dara dan herba anting-anting) turun sebesar 54,1% dari 155,2 mg/dl
menjadi 71,2 mg/dl.
Data
pengamatan pada hari ke-13 ini kemudian dianalisa dengan uji F (sidik keragaman
atau ANOVA), diperoleh ternyata hasilnya berpengaruh sangat nyata.
Berikut
tabel uji F :
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
F hitung
|
F tabel
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Perlakuan
|
5
|
1957,867
|
391,5733
|
5,153411**
|
2,620654
|
3,89507
|
Galat
|
24
|
1823,6
|
75,98333
|
|||
Total
|
29
|
3781,467
|
Keterangan : ** sangat nyata (Fh > Ft 1%)
Tabel 6. Tabel uji F
Karena
hasilnya berpegaruh sangat nyata, maka data selanjutnya dianalisa dengan uji
BNT. Berikut tabel uji BNT :
Perlakuan
|
Rerata Kadar Gula
(mg/dl)
|
BNT 0,05
(11,37883)
|
A
|
75,2
|
ab
|
B
|
91,2
|
d
|
C
|
92,4
|
d
|
D
|
79,4
|
abc
|
E
|
87,8
|
cd
|
F
|
71,2
|
a
|
Tabel 7. Tabel uji BNT
Keterangan
:
·
BNT 5% ditentukan berdasarkan tabel t-student.
·
Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama
disebut dengan berbeda tidak nyata atau berbeda tidak sangat nyata.
Untuk mentukan perlakuan mana
yang terbaik, selanjutnya dilakukan analisa logika. Dalam penelitian ini,
rerata perlakuan yang terendah dan diikuti huruf yang sama dikumpulkan.
Kelompok A, D, dan F memiliki huruf yang sama, namun F memiliki rerata yan
paling rendah maka perlakuan F adalah perlakuan yang terbaik.
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian
diketahui bahwa semakin banyak senyawa yang memiliki aktivitas hipoglikemik
yang terkandung dalam tanaman dan kandungan IG makanan yang rendah maka
penurunan kadar gula darah akan semakin besar. Hal ini terbukti dengan peringkat
penurunan kadar gula darah, yaitu kelompok F merupakan perlakuan dengan
penurunan terbesar, kemudian kelompok C, kelompok D, kelompok B, dan terakhir
kelompok E.
Penurunan pada kelompok B, C,
D, dan F disebabkan karena adanya berbagai senyawa antidiabetik yang terdapat
pada tapak dara dan anting-anting. Senyawa aktif
alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, dan acalyphine banyak ditemukan pada
herba anting-anting (Acalypha indica).
Tapak dara (Catharanthus roseus) memiliki
kandungan yang berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah (hipoglikemik) antara
lain leurosin, katarantin, lochnerin, tetrahidroalstonin, vindolin dan
vindolinin.
Aksi dari flavonoid yang
bermanfaat pada diabetes melitus adalah melalui kemampuannya untuk menghindari
absorpsi glukosa atau memperbaiki toleransi glukosa. Lebih lanjut flavonoid
menstimulasi pengambilan glukosa pada jaringan perifer, mengatur aktivitas dan
ekspresi enzim yang terlibat dalam jalur metabolisme karbohidrat dan bertindak
menyerupai insulin, dengan mempengaruhi mekanisme signaling insulin.
Sedangkan kandungan alkaloid
ini berefek antioksidan yang mengurangi dampak kerusakan terhadap sel-sel beta
pankreas. Hal ini menyebabkan fungsi sel-sel beta pankreas sebagai penghasil
insulin menjadi lebih baik dan dengan demikian terjadi penurunan glukosa darah
pada mencit. Alkaloid yang berefek
menurunkan kadar gula tersebut antara lain leurosine, catharanthine, lochnerine,
tetrahydroalstonine, vindoline, dan vindolinine.
Kandungan tanin berperan: (1)
memiliki aksi meningkatkan fosforilasi tyrosine dari subunit β reseptor insulin
dan menghambat tyrosine phosphatase. (2)
menstimulasi aktivitas transport glukosa. Sehingga pemberian herba anting-anting
pada mencit hiperglikemik akan dapat meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
Pada akhirnya dengan peningkatan jumlah sel beta pankreas dan jumlah reseptor
insulin akan dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Sedangkan penggunaan diet mie
lempung bertujuan sebagai alternatif bahan makanan pokok yang rendah nilai
indeks glikemiknya. Dalam mie lempung sendiring, tepung suweg merupakan bahan
utama karena merupakan ciri khas pangan lokal daerah Sukorejo. Menurut King et
al (2005), pati resisten memiliki indeks glikemik yang rendah karena pelepasan
glukosanya yang lambat. Hal tersebut dapat menurunkan respon insulin tubuh
sehingga dapat membantu orang yang diabetes menormalkan kembali gula darahnya.
Rendahnya respon insulin juga dapat menurunkan kecepatan gula darah sehingga
kebutuhan energi turun. Rendahnya nilai daya cerna pati ini bisa disebabkan
oleh tingginya serat pangan dalam tepung suweg, yaitu sebesar 13,71%.
Kombinasi diet mie lempung
dengan air rebusan daun tapak dara dan herba anting-anting merupakan salah satu
pengembangan terapi oral anti-diabetik (OAD) yang ditujukan untuk memperbaiki
metabolisme tubuh penderita diabetes, target minimal yang harus dicapai dalam
terapi OAD adalah perbaikan metabolisme glukosa dengan penurunan kadar glukosa
darah dan perbaikan islet langerhans.
Diharapkan dengan adanya
penelitian ini, masyarakat bisa semakin proaktif mencegah peningkatan jumlah
penyakit diabetes melitus di Indonesia dengan mengoptimalkan pangan dan
obat-obatan herbal berbasis kearifan lokal dan para penderita diabetes melitus
memiliki solusi terapi herbal yang murah, mudah aplikasinya, dan berkualitas
nilai gizinya guna mewujudkan Indonesia sehat 2025.
C. Kelebihan Penelitian
Adapun
keunggulan dari penelitian ini adalah :
1.
Penelitian ini bersifat inovatif karena selama
ini belum ada yang mengkombinasikan diet rendah IG dengan obat-obatan herbal
seperti tapak dara dan anting-anting.
2.
Tidak ada efek samping jika digunakan pada
dosis normal. Hal ini terjadi karena obat herbal tersusun oleh bahan-bahan
organik yang kompleks. Kelebihan obat herbal yang digunakan tentu menyebabkan
efek samping. Dosis yang dianjurkan untuk penggunaan herbal adalah dosis
tradisional dan sedikit dikurangkan.
3.
Efektif, berdasarkan pengalaman turun-temurun
yang tertulis maupun lisan. Pendekatan dalam penggunaan herbal ditekankan pada
aspek farmakologi yang merupakan fungsi herbal tersebut dalam proses
pengobatan.
4.
Harga murah dan dapat ditanam sendiri. Terutama
jika kita dapat menanam sendiri dengan membuat tanaman obat keluarga (TOGA).
5.
Mengoptimalkan fungsi tanaman lokal daerah
Sukorejo, yaitu suweg, anting-anting, tapak dara, singkong, dan talas.
6.
Aplikasinya lebih sederhana, rekomendasi terapi
dapat diberikan oleh dokter yang juga herbalis, tetapi perawatannya bisa di
rumah oleh anggota keluarga. Terapi herbal kini mulai digunakan di dunia
kedokteran sebagai pendamping terapi medis.
7.
Mendorong pola hidup sehat, penderita diabetes
tetap minum obat-obatan dokter selain mengonsumsi obat herbal. Kombinasi obat
dan herbal ini dimaksudkan agar tubuh mulai beradaptasi, sampai kemudian
obat-obatan dokter mulai dikurangi dosisnya, dan penderita tidak lagi
bergantung pada obat-obatan dokter. Pengurangan pemakaian obat-obatan selalu
diikuti dengan pemantauan kadar gula darah. Terapi diet mie lempung bertujuan
selain mengurangi asupan glukosa juga membantu penderita diabetes mendapatkan
makanan yang berkualitas nilai gizinya.
D. Keterbatasan Penelitian
Adapun
keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
1.
Keterbatasan waktu dan biaya penelitian.
2.
Penelitian ini sangat tergantung pada variasi
biologi obyek penelitian yang meliputi umur, pola hidup, dosis kandungan, berat,
dan lain sebagainya.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Adapun simpulan dari
penelitian ini adalah kombinasi diet mie lempung secara rutin dengan air
rebusan daun tapak dara dan herba anting-anting secara berkala berpengaruh
sangat nyata dan dapat menurunkan kadar gula darah mencit hingga 54,1% selama 9
hari pengujian. Perlakuan ini dapat menurunkan kadar gula darah karena mie lempung
memiliki nilai IG rendah serta herba tapak dara dan anting-anting memiliki
senyawa aktif yang memiliki aktivitas hipoglikemik, seperti alkaloid, vindolin,
tanin, saponin, dan flavonoid.
B. Saran
1.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
waktu pengukuran kadar gula darah yang diperpanjang.
2.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
menentukan dosis maksimum, dosis minimum, dosis toksik, serta efek
farmakologisnya penggunaan herba tapak dara dan herba anting-anting.
3.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
manusia sebagai obyeknya atau melakukan perbandingan dosis obat herbal antara
mencit dengan manusia.
4.
Masyarakat diharapkan untuk lebih memanfaatkan
secara optimal potensi lokal sebagai obat diabetes dan juga penyakit-penyakit
lainnya.
BIODATA PENULIS
Ketua Tim
Nama Lengkap : Arkan Setiaji
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat dan
Tanggal Lahir : Kendal, 17 Desember 1996
Alamat : RT 06 RW
03 Desa Kebumen Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal
NISN : 9966594935
No. Hp :
085642276332
Email :
arkansetiaji@yahoo.com
Sekolah : SMA Negeri 1 Sukorejo
Karya Ilmiah yang
Pernah Dibuat :
1.
Biskuit Tong Ja Sebagai Alternatif
Pakan Kelinci Tinggi Protein
2.
Memaknai Kompleks Percandian Arjuna
di Kawasan Dieng dalam Memperkuat Karakter Bangsa Indonesia
3.
Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah
Cair Tahu Guna Mengatasi Pencemaran Sungai di Kecamatan Sukorejo
4.
Implikasi Teh Kliyang Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Sukorejo dan Korelasinya Terhadap Konservasi Lingkungan
5.
Integrasi Nilai Budaya dalam
Diversitas Beragama di Kalangan Remaja Sebagai Solusi Menumbuhkan Jiwa
Nasionalisme Generasi Muda
6.
Prospektif Pengembangan Wisata
Edukasi dan Rekreasi Situs Sangiran Sebagai Upaya Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat Sekitar
7. Penguatan Ketahanan Pangan Melalui
Pengembangan Budidaya Suweg (Amorphophallus paeoniifolius)
8. Pemanfaatan
Kijing (Pilsbryoconcha Exilis)
Sebagai Biofilter dalam Medium Pemeliharaan Ikan Mas Koki (Carrasius
carrasius var auratus)
9.
Penerapan Paket Filtrasi Toya dalam Pengolahan Air
Limbah Detergen Sebagai Solusi Pemenuhan Ketersediaan Air Ramah Lingkungan
Nonkonsumsi Bagi Masyarakat Kendal
10.
Briket KSSG dan Korelasinya terhadap Upaya Konservasi
Sumber Daya Air melalui HTI Tumpangsari
11.
Pengaruh Kondisi Fisik Sungai yang
Tercemar Terhadap Tingkat Keanekaragaman Hayati di Sungai Kecamatan Ngemplak
12.
Pengaruh Kombinasi Diet Mie Lempung
dengan Air Rebusan Daun Tapak Dara (Catharanthus
Roseus) dan Herba Anting-Anting (Acalypha
Indica) Terhadap Kadar Gula Darah Mencit (Mus Musculus)
Penghargaan
Ilmiah :
1.
Kelompok Penelitian Terbaik Bidang
IPA Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional 2013
2.
Juara III Olimpiade Peneliti Muda
2013 Regional Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I.Yogyakarta
Anggota Tim
Nama Lengkap : Davet Setiawan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat dan
Tanggal Lahir : Kendal, 13 Juli 1996
Alamat : RT 01 RW
01 Desa Krikil Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal
NISN : 9660011032
No. Hp : 085226587578
Sekolah : SMA Negeri 1 Sukorejo
Karya Ilmiah yang pernah dibuat :
1.
Museum Dieng Kailasa Sebagai Wahana
Pendidikan Karakter
2.
Pengaruh Kombinasi Diet Mie Lempung
dengan Air Rebusan Daun Tapak Dara (Catharanthus
Roseus) dan Herba Anting-Anting (Acalypha
Indica) Terhadap Kadar Gula Darah Mencit (Mus Musculus)
Lampiran 3. Perhitungan Analisa
Data Menggunakan Uji F dan Uji BNT
Adapun perhitungan dari uji sidik keragaman dari tabel di atas
sebagai berikut :
Perlakuan = 6
Ulangan = 5
DB perlakuan = perlakuan – 1 = 5
DB galat = perlakuan x (ulangan - 1) = 24
DB total = (perlakuan x ulangan) – 1 = 29
FK = total
jumlah kadar gula2 = 24862 = 206006,5333
Ulangan x perlakuan 5 x
6
JK total = (jumlah kuadrat setiap kadar gula) – FK
= (642 + 872 + ....+ 862)
– 206006,5333 = 3781,466667
JK perlakuan = (jumlah
dari kuadrat jumlah perlakuan kadar gula) – FK
perlakuan
= (3762 + 4562
+ .... + 3562) – 206006,5333 = 1957,866667
6
JK galat = JK total – JK perlakuan = 1823,6
KT galat = JK galat : DB galat = 75,9833333
F hitung = KT perlakuan : KT galat = 5,153411
KT perlakuan = JK perlakuan : DB perlakuan = 391,5733333
Kemudian data di atas dimasukkan dalam tabel ANOVA berikut :
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
F hitung
|
F tabel
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
Perlakuan
|
5
|
1957,867
|
391,5733
|
5,153411**
|
2,620654
|
3,89507
|
Galat
|
24
|
1823,6
|
75,98333
|
|||
Total
|
29
|
3781,467
|
karena
Fh > Ft 1% maka berpengaruh sangat nyata, pengujian dilanjutkan dengan uji
BNT sebagai berikut :
t0,05
(24) = 2,064 (berdasarkan tabel t-student)
Sd
= = 5,513
BNT
0,05 = 2,064 x 5,513 = 11,37883
Perlakuan
|
Rerata Kadar Gula (mg/dl)
|
BNT 0,05 (11,37883)
|
A
|
75,2
|
ab
|
B
|
91,2
|
d
|
C
|
92,4
|
d
|
D
|
79,4
|
abc
|
E
|
87,8
|
cd
|
F
|
71,2
|
a
|
Tabel
uji BNT di atas menunjukkan angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama
disebut dengan berbeda tidak nyata atau berbeda tidak sangat nyata dengan
perlakuan F merupakan perlakuan terbaik diikuti perlakuan A kemudian perlakuan
D.
LEMBAR
PERNYATAAN ORISINALITAS KTI
Kami
yang bertanda tangan di bawah ini :
1.
Nama :
Arkan Setiaji
Alamat : RT 06 RW 03 Desa Kebumen, Sukorejo,
Kabupaten Kendal
2.
Nama :
Davet Setiawan
Alamat
: RT 01 RW 01 Desa Krikil, Pageruyung, Kabupaten Kendal
Dengan ini menyatakan bahwa kami
adalah penulis/inventor dari karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh
Kombinasi Diet Mie Lempung dengan Air Rebusan Daun Tapak Dara (Catharanthus Roseus) dan Herba
Anting-Anting (Acalypha Indica)
terhadap Kadar Gula Darah Mencit (Mus
Musculus)” yang kami ajukan untuk dapat mengikuti lomba Public Health Competition 2014 dan
menyatakan bahwa karya tulis ilmiah tersebut benar-benar merupakan hasil ide
orisinil dan pengembangan (studi pustaka) kami sendiri dan bukan merupakan invensi/karya
tulis orang lain atau hasil penjiplakan dari invensi/karya tulis orang lain.
Apabila ada konsekuensi hukum akibat
adanya tuntutan dari pihak lain yang merasa dijiplak, maka akan menjadi
tanggung jawab kami sepenuhnya.
Kendal, 9
Agustus 2014
Mengetahui,
|
|
(Arkan
Setiaji)
NIS 5755
|
(Davet
Setiawan)
NIS 5998
|
No comments:
Post a Comment