Friday, April 15, 2016

MAKALAH JUARA 1 Public Health National Competition SMA/Sederajat tingkat Nasional tahun 2014 Universitas Airlangga

       PENGARUH KOMBINASI DIET MIE LEMPUNG DENGAN AIR REBUSAN TAPAK DARA (Catharanthus roseus) DAN ANTING-ANTING (Acalypha indica) TERHADAP KADAR GULA DARAH MENCIT (Mus musculus)  


 
 OLEH:
ARKAN SETIAJI 
DAVET SETIAWAN 
 
 
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah diatas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan metabolisme glukosa  akibat  kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif. Kadar gula darah puasa berkisar 60-126 mg/dl, sedangkan pada penderita diabetes, kadar gula dalam darah lebih dari 200 mg/dl. Secara normal, karbohidrat dalam makanan yang kita makan akan diubah menjadi glukosa yang selanjutnya akan didistribusikan ke seluruh sel tubuh untuk dijadikan energi dengan bantuan insulin. Namun, pada orang yang menderita diabetes mellitus, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena insulin dalam tubuh kurang atau tidak ada sehingga mengakibatkan kandungan glukosa dalam darah meningkat.
Saat ini diperkirakan 6,4% populasi dewasa di seluruh dunia hidup dengan diabetes, dan angka ini akan  terus meningkat hingga mencapai 438 juta pada tahun 2030, atau sekitar 7,8% populasi dewasa, dimana Indonesia akan menempati posisi ke-4 negara dengan  penderita diabetes terbanyak di dunia. Pada tahun 2013 8,5 juta penduduk Indonesia menderita diabetes mellitus dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi sebanyak 21,3 juta orang penderita diabetes mellitus pada tahun 2030. Yang mengejutkan dari sekitar  371 juta orang  penderita  diabetes  di tahun 2012, ditemukan 50% penderita diabetes tidak tahu bahwa mereka terserang diabetes. Akibatnya 4,8 juta orang meninggal akibat penyakit ini. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation, dari total jumlah pengidap diabetes di seluruh dunia, baru 46% yang didiagnosis, sedangkan 44% yang menerima perawatan, dan kurang dari 1% mendapatkan terapi yang sesuai
Diabetes merupakan penyakit yang berbahaya karena memiliki dampak bagi munculnya penyakit yang lain, seperti glukoma, gagal ginjal, serangan jantung, dan stroke. Saat ini telah banyak ditemukan obat penyakit diabetes mellitus. Namun, obat yang terbuat bahan kimia, seperti golongan derivate sulfonilurea dan derivat biguanid biasanya memiliki dampak yang buruk bagi tubuh jika dikonsumsi secara terus menerus seperti kerusakan ginjal dan gangguan jantung, harganya relatif mahal, dan terkadang khasiatnya kurang optimal. Oleh karena itu sekarang banyak masyarakat Indonesia yang beralih menggunakan obat-obatan herbal seperti herba sirih merah, ciplukan, tapak dara, kumis kucing, anting-anting, mahkota dewa dan lain sebagainya. Selain harganya relatif terjangkau, obat-obatan herbal juga dipercaya tidak memberikan efek negatif meski dikonsumsi secara berkepanjangan.
Senyawa aktif alkaloid, flavonoid, dan saponin memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosa darah yang dapat mencegah timbulnya penyakit diabetes mellitus. Senyawa aktif alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, acalyphine, dan minyak atsiri banyak ditemukan pada herba anting-anting (Acalypha indica). Senyawa aktif alkaloid dan vindolin juga ditemukan pada herba tapak dara (Catharanthus roseus). Selain itu penderita diabetes mellitus juga disarankan hanya mengkonsumsi makanan yang memiliki IG rendah atau terapi diet. Indeks glikemik adalah indikator kenaikan kadar gula darah dalam waktu 3 jam meningkat setelah makan sesuatu. Glukosa sebagai standar memiliki IG 100 (Hartono, A. 2009). Banyak makanan yang mengandung IG rendah, antara lain susu 27, kacang polong 48, jagung 55, mie 40, kacang tanah 14, talas 15, suweg 42, sagu 28, dan lain sebagainya. IG rendah bila kurang dari 55, IG sedang bila antara 55-70, dan IG tinggi bila lebih dari 70.
 Selama ini belum banyak yang melakukan penelitian dengan mengkombinasikan antara makanan dan minuman sebagai terapi diabetes, terutama pada pemanfaatan herba anting-anting yang merupakan tanaman gulma. Berdasarkan data dan fakta tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang seberapa besar dampak kombinasi diet makanan yang memiliki IG rendah dengan air rebusan herba anting-anting dan herba tapak dara. Bahan makanan yang dipilih adalah suweg, talas, dan singkong yang akan diolah menjadi mie. Kesemua bahan yang digunakan dalam penelitian ini, seperti tapak dara, anting-anting, suweg, talas, dan singkong berasal dari daerah Sukorejo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah pengaruh kombinasi diet mie lempung dengan air rebusan herba anting-anting (Acalypha indica) dan herba tapak dara (Catharanthus roseus) terhadap kadar gula darah mencit (Mus musculus)?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui pengaruh kombinasi diet mie lempung dengan air rebusan herba anting-anting (Acalypha indica) dan herba tapak dara (Catharanthus roseus) terhadap kadar gula darah mencit (Mus musculus).
D. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
  1. Penderita diabetes mellitus memiliki obat diabetes sekaligus makanan dan minuman alternatif yang aman dikonsumsi, menyehatkan, murah, dan berkualitas nilai gizinya.
  2. Mengoptimalkan fungsi tapak dara dan anting-anting, tidak hanya sebagai tanaman hias dan gulma namun juga sebagai obat diabetes mellitus.
  3. Masyarakat pada umumnya menjadi termotivasi untuk melakukan pola konsumsi makanan dan minuman yang menyehatkan, sehingga secara langsung berpartisipasi mencegah timbulnya penyakit diabetes mellitus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus
Diabetes berasal dari bahasa yunani yaitu diabêtês yang berarti pipa air melengkung (syphon). Diabetes dinyatakan sebagai keadaan di mana terjadi produksi urin yang melimpah pada penderita (Lawrence, 1994). Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit yang melibatkan hormon endrokin pankreas, antara lain insulin dan glukagon. Manifestasi utamanya mencakup gangguan metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein yang pada akhirnya merangsang terjadinya hiperglikemia, kondisi hiperglikemia ini tersebut akan berkembang menjadi diabetes mellitus  dengan berbagai macam bentuk komplikasi (Nugroho, 2006).
Diabetes mellitus menurut Price (1995) adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, sedangkan khan (1995) memberi definisi diabetes mellitus sebagai sindrom  kompleks yang terkait dengan metabolism karbohidrat, lemak dan protein dengan ciri-ciri hiperglikemik dan gangguan metabolisme glukosa, serta terkait secara patologis dengan komplikasi mikrovaskuler yang spesifik, peyakit mikrovaskuler sekunder pada perkembangan aterosklerosis dan beberapa komplikasi yang lain meliputi neuropati komplikasi dengan kehamilan, dan memperparah kondisi infeksi   Pada awalnya gejala diabetes mellitus bisa muncul tiba-tiba pada anak dan orang dewasa muda. Namun, pada orang dewasa tua (>40 tahun) gejala dapat mucul tanpa disadari. Mereka umumnya baru mengidap diabetes mellitus pada saat pemeriksaan kesehatan (Dalimarta, 2007). Diabetes mellitus dapat diprediksi dari kadar glukosa darah  penderita, American Diabetes   Association (2006) menetapkan kriteria kadar glukosa diabetes dengan pengukukuran glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, dan kadar glukosa darah dua jam  setelah dilakukan tes toleransi glukosa dengan beban glukosa 75 gram adalah ≥200 mg/dl (Scobie, 2007). Sementara itu, sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes mellitus di Indonesia menurut Dr.shidartawan soegondo, diabetes mellitus ditetapkan pada pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu mencapai 200 mg/dl atau lebih pada pemeriksaan sewaktu atau kadar glukosa darah puasa mencapai 126 mg/dl (kompas 2005).
Gejala klasik diabetes mellitus disebabkan oleh kelainan metabolisme glukosa. Kurangnya aktivitas insulin menyebabkan kegagalan pemindahan glukosa dari plasma ke dalam sel. Tubuh merespon dengan stimulasi glikogenolisis, glukoneogenesis dan lipolisis yang menghasilkan badan keton. Glukosa yang diserap ketika makan tidak dimetabolisme dengan kecepatan normal sehingga terkumpul didalam darah (hiperglikemia) dan disekresi ke dalam urine (glikosuria) dan menyebabkan diuresis osmotik sehingga meningkatkan produksi urine  (poliuria). Kehilangan cairan dan hiperglikemia meningkatkan osmolaritas plasma, yang merangsang pusat rasa haus (polidipsia) (Chandrasoma, 2005). Diabetes mellitus dibagi menjadi 2 kategori  berdasarkan sekresi insulin endogen untuk mencegah munculnya ketoasidosis yaitu, DM tipe I, yaitu Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM, insulin dependent diabetes mellitus) dan DM tipe II yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin (NIDDM, non insulin dependent diabetes meliitus) (Kahn, 1995)
B. Mie Lempung
Mie lempung merupakan produk hasil inovasi dari mie suweg. Masyarakat Sukorejo membuat mie suweg dengan bahan-bahan seperti umbi suweg kukus, tepung terigu, dan telur. Kemudian penulis menginovasi bahan-bahan tersebut dengan mengganti tepung terigu menjadi tepung tapioka, menambahkan tepung talas, dan umbi suweg kukus diganti tepung suweg. Ketiga bahan utama tersebut dipilih karena nilai IG yang rendah sehingga aman bagi penderita diabetes. Berikut kepustakaan mengenai bahan-bahan tersebut :
a. Tepung Talas
Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai bahan baku tepung-tepungan karena memiliki kandungan pati yang tinggi, yaitu sekitar 70-80%. Tepung talas memiliki ukuran granula yang kecil, yaitu sekitar 0.5-5 mikron. Ukuran granula pati yang kecil ini ternyata dapat membantu individu yang mengalami masalah dengan pencernaannya karena kemudahan dari talas untuk dicerna. Nilai gizi dari tepung talas adalah air 0.05%, protein 0.04%, lemak 0.1%, serat kasar 0.06%, total abu 0.054%, karbohidrat 77.163%.
b. Suweg
Umbi suweg (Amorphophallus paeoniifolius) mengandung pati yang komposisinya didominasi oleh mannan; warna umbi putih, sering dengan semburat warna merah jambu atau ungu. Berdasarkan data dari DKBM P3G '90, suweg mengandung energi sebesar 69 kilokalori, protein 1 gram, karbohidrat 15,7 gram, lemak 0,1 gram, kalsium 62 miligram, fosfor 41 miligram, dan zat besi 4 miligram.  Selain itu di dalam Suweg juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,07 miligram dan vitamin C 5 miligram.  Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram suweg, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 86 %. Tepung umbi suweg sendiri mengandung kadar amilosa 28.98%, serat pangan 13,71%, serat pangan larut 8,44% dan serat pangan tak larut sebesar 5,27%.
c. Tepung Tapioka
Tapioka adalah tepung yang diperoleh dari singkong. Tapioka memiliki sifat-sifat yang serupa dengan tepung sagu, sehingga penggunaan keduanya dapat dipertukarkan. Tepung ini sering digunakan untuk membuat makanan dan bahan perekat. Banyak makanan tradisional yang menggunakan tapioka sebagai bahan bakunya, seperti bakso. Umbi singkong memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B dan C, dan amilum.
C. Tapak Dara
Tapak dara adalah perdu tahunan yang berasal dari Madagaskar, namun telah menyebar ke berbagai daerah tropika lainnya. Nama ilmiahnya Catharanthus roseus (L.) Don. Perdu kecil tahunan, berasal dari Amerika Tengah. Tumbuh baik mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini menyukai tempat-tempat yang terbuka, tapi tak menutup kemungkinan bisa tumbuh di tempat yang agak terlindung pula. Habitus perdu tumbuh menyamping, Tinggi tanaman bisa mencapai 0,2-1 meter. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tersusun menyirip berselingan. Panjang daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek. Batang dan daunnya mengandung lateks berwarna putih. Bunganya aksial (muncul dari ketiak daun). Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet, ujungnya melebar, berwarna putih, biru, merah jambu atau ungu tergantung kultivarnya. Buahnya berbentuk gilig (silinder), ujung lancip, berambut, panjang sekitar 1,5 - 2,5 cm, dan memiliki banyak biji.
Tapak dara yang memiliki bunga berwarna merah muda atau putih ini mempunyai kandungan kimia sebagai antioksidan yaitu unsur–unsur kimia yang bermanfaat untuk pengobatan, antara lain zat alkaloid yaitu leurosine, catharanthine, lochnerine, tetrahydroalstonine, vindoline,  dan vindolinine. Kandungan alkaloid ini berefek antioksidan yang mengurangi dampak negatif aloksan terhadap sel-sel beta pankreas. Hal ini menyebabkan fungsi sel-sel beta pankreas sebagai penghasil insulin menjadi lebih baik dan dengan demikian terjadi penurunan glukosa darah pada mencit yang diinduksi aloksan sebelumnya (Yuniarti, 2008).
D. Mencit
Mencit (Mus musculus) termasuk dalam genus Mus, sub family murinae, family muridae,  orderrodentia. Mencit yang sudah dipelihara di laboratorium sebenarnya masih satu family dengan mencit liar. Sedangkan mencit yang paling sering dipakai untuk penelitian biomedis adalah  Mus musculus. Berbeda dengan hewan-hewan lainnya, mencit tidak memiliki kelenjar keringat. Pada umur  empat minggu berat badannya mencapai 18-20 gram. Jantung terdiri dari  empat ruang dengan dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih tebal. Hewan ini memiliki karakter lebih aktif pada malam hari daripada siang hari. Diantara spesies-spesies hewan lainnya, mencitlah yang paling banyak digunakan untuk tujuan penelitian medis (60-80%) karena murah dan mudah berkembang biak. Hewan ini memiliki karakter lebih aktif pada malam hari daripada siang hari. (Kusumawati, 2004). Mencit dipilih menjadi subyek eksperimental sebagai bentuk relevansinya pada manusia. Walaupun mencit mempunyai struktur fisik dan antomi yang jelas berbeda dengan manusia, tetapi mencit adalah hewan mamalia yang mempunyai beberapa ciri fisiologi dan biokimia yang hampir menyerupai manusia terutama dalam aspek metabolisme glukosa melalui perantaraan hormon insulin.
E. Anting-anting
Anting-anting (Acalypha indica Linn.) merupakan gulma yang sangat umum ditemukan tumbuh liar di pinggir jalan, lapangan rumput, maupun di lereng gunung. Herba semusim, tegak, tinggi 30-50 cm, bercabang dengan garis memanjang kasar, berambut halus. Daun tunggal, bertangkai panjang, letak tersebar. Helaian daun berbentuk bulat telur sampai lanset, tipis, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, panjang 2,5-8 cm, lebar 1,5-3,5 cm, berwarna hijau. Bunga majemuk, berkelamin satu, keluar dari ketiak daun, kecil-kecil, dalam rangkaian berbentuk bulir. Buahnya buah kotak, bulat, hitam.
Daun, batang, dan akar mengandung saponin dan tanin. Batangnya juga mengandung flavonoida dan daunnya mengandung minyak asiri. Penelitian Arjadi dan Susatyo (2010) menyebutkan senyawa flavonoid dapat menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang sel β pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak.
F. Hipotesis Penelitian
Kombinasi diet mie lempung dengan air rebusan herba anting-anting (Acalypha indica) dan herba tapak dara (Catharanthus roseus) dapat menurunkan kadar gula darah mencit (Mus musculus).
BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi SMA 1 Sukorejo dan rumah penulis di Desa Kebumen, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal sejak 16 Juni 2014 sampai dengan 4 Agustus 2014.
B. Jenis dan Variabel Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskripsi kuantitatif eksperimen yang menggunakan metode rancangan acak lengkap (RAL). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
  1. Variabel bebas : berbagai varian kombinasi diet mie lempung, air rebusan herba anting-anting, dan herba tapak dara yang diberikan kepada mencit.
  2. Variabel kontrol : mencit (Mus musculus) tanpa perlakuan dan mencit hiperglikemik.
  3. Variabel terikat : penurunan kadar gula darah mencit.
C. Teknik Pengumpulan Data
a. Studi Literatur
Dalam penelitian ini, penulis melakukan riset pustaka di perpustakaan SMAN 1 Sukorejo, berupa pencarian literatur di buku-buku maupun jurnal ilmiah yang berkaitan dengan penelitian ini.
b. Eksperimen
Pembuatan Mie Lempung
Alat dan Bahan :

1.      Tepung suweg 200 gram
2.      Tepung talas 200 gram
3.      Tepung tapioka 400 gram
4.      Telur 5 butir
5.      Serbuk kayu secang 20 gram
6.      Air
7.      Alat Pencetak Mie

Cara Pembuatan :
1.      Perbandingan ketiga tepung tersebut adalah tepung suweg 25%, tepung tapioka 50%, dan tepung talas 25%.
2.      Campur bahan-bahan mie lempung dengan telur dan air kayu secang secukupnya sambil terus diaduk.
3.      Tambahkan sedikit minyak goreng (agar mie komposit tidak lengket).
4.      Diamkan selama 5 menit kemudian cetak mie dan dijemur selama 3 hari hingga kering.
5.      Saat dimasak disarankan direbus dengan air kayu secang sebagai antibakterial.
Percobaan pada Mencit
Alat dan bahan :

1.      Air rebusan daun tapak dara dengan konsentrasi 10% (10 g bahan dilarutkan dengan 100 ml air)
2.      Air rebusan herba anting-anting dengan konsentrasi 10% (10 g bahan dilarutkan dalam 100 ml air)
3.      Kombinasi air rebusan herba anting-anting dan daun tapak dara dengan konsentrasi masing-masing 5% (5 g bahan dilarutkan dengan 100 ml air)
4.      Mie lempung
5.      Gula pasir (sukrosa) dan air
6.      Mencit (Mus musculus) galur Swiss webster sebanyak 30 ekor umur 2-3 bulan dengan berat 28-36 gram.
7.      Kandang mencit beserta perlengkapannya
8.      Gluko tes


Prosedur Percobaan :                                      
Dalam metode RAL ini digunakan enam perlakuan, yaitu :
A : mencit tanpa perlakuan.
B : mencit diberi air rebusan daun tapak dara.
C : mencit diberi air rebusan herba anting-anting.
D : mencit diberi air rebusan herba anting-anting dan daun tapak dara.
E : mencit diberi makanan mie lempung.
F : mencit diberi kombinasi diet mie lempung dengan air rebusan daun tapak dara dan herba anting-anting.
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 ulangan. Sehingga terdapat 30 obyek percobaan. Mula-mula semua perlakuan dites terlebih dahulu gula darahnya. Kemudian sebanyak 25 ekor mencit (kode B hingga F) diinduksi sukrosa dengan dosis 25% (25 gram bahan dilarutkan dalam 100 ml air) secara oral melalui minuman selama 3 hari berturut-turut sebagai kelompok tikus hiperglikemik. Pemberian makanan setiap dua kali sehari dan minuman pada berbagai perlakuan dilakukan secara tak terbatas. Kelompok tikus B, C, dan D diberikan perlakuan setiap 3 hari sekali sebanyak 3 kali uji. Kelompok E perlakuan diberikan setiap hari selama 9 hari dengan pengujian setiap 3 hari sekali dengan 3 kali uji. Kelompok F diberikan mie lempung secara rutin selama 9 hari dan air rebusan herba anting-anting dan tapak dara setiap 3 hari sekali, serta dilakukan pengujian setiap 3 hari sekali sebanyak 3 kali uji. Setiap kali pengujian semua kelompok perlakuan dipuasakan terlebih dahulu selama 10 jam.
Standar yang digunakan untuk mengetahui kondisi tikus hiperglikemik adalah >140 mg/dl Menurut Kusumowati (2004), bahwa kadar glukosa darah bagi mencit normal ialah 62,8 ± 176 mg/dl. Pada penelitian ini kadar darah melebihi 140 mg/dl sudah dianggap diabet, karena menurut Maulana (2008) bahwa kadar glukosa darah manusia normalnya adalah 90 ± 140 mg/dl. Adapun pengukuran gula darah pada berbagai perlakuan dilakukan di bagian ujung ekor mencit yang terdapat pembuluh vena. Pengujian sendiri dilakukan setiap pukul 21.00 WIB.
D. Metode Analisa Data
Analisa data ini dihitung secara manual menggunakan analisa sidik keragaman (uji F). Bila hasilnya berpengaruh nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil atau uji BNT kemudian ditentukan perlakuan yang terbaik.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari kadar glukosa darah pada mencit dengan berbagai perlakuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rerata
M1
M2
M3
M4
M5
A
62
97
58
76
85
378
75,6
B
68
64
50
73
96
351
70,2
C
80
67
55
46
75
323
64,6
D
67
58
62
70
67
324
64,8
E
45
44
99
71
80
339
67,8
F
69
56
46
39
57
267
53,4
Tabel 1. Cek darah hari ke-1 (7 Juli 2014)
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rerata
M1
M2
M3
M4
M5
A
64
96
56
76
85
377
74,4
B
161
154
174
201
218
908
181,6
C
215
178
189
185
212
979
195,8
D
122
211
137
193
163
826
165,2
E
106
160
156
159
223
804
160,8
F
116
148
146
174
192
776
155,2
Tabel 2. Cek darah hari ke-4 (10 Juli 2014)

Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rerata
M1
M2
M3
M4
M5
A
62
98
58
75
85
378
75,6
B
116
128
132
135
163
674
134,8
C
150
141
154
156
152
753
150,6
D
112
133
118
134
120
617
123,4
E
99
113
104
110
148
574
114,8
F
89
102
111
123
184
609
121,8
Tabel 3. Cek darah hari ke-7 (13 Juli 2014)
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rerata
M1
M2
M3
M4
M5
A
63
96
56
75
88
378
75,6
B
103
115
105
100
124
547
109,4
C
119
109
120
118
122
588
117,6
D
86
90
97
91
95
459
91,8
E
89
102
91
96
128
506
101,2
F
71
75
78
74
126
424
84,8
Tabel 4. Cek darah hari ke-10 (16 Juli 2014)
Perlakuan
Ulangan
Jumlah
Rerata
M1
M2
M3
M4
M5
A
64
95
55
75
87
376
75,2
B
87
92
90
88
99
456
91,2
C
100
93
95
85
89
462
92,4
D
75
76
82
80
84
397
79,4
E
80
95
86
83
95
439
87,8
F
67
68
70
65
86
356
71,2
Tabel 5. Cek darah hari ke-13 (19 Juli 2014)

Grafik 1. Kondisi gula darah mencit selama percobaan
Keterangan :
A : mencit tanpa perlakuan.
B : mencit diberi air rebusan daun tapak dara.
C : mencit diberi air rebusan herba anting-anting.
D : mencit diberi air rebusan herba anting-anting dan daun tapak dara.
E : mencit diberi makanan mie lempung.
F : mencit diberi kombinasi diet mie lempung dengan air rebusan daun tapak dara dan herba anting-anting.
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa kadar gula darah kelompok mencit A (tanpa perlakuan) selama 13 hari berada pada kisaran ±75 mg/dl. Berikutnya, setelah kelompok perlakuan B hingga F diberi sukrosa selama 3 hari, kadar gula darah melonjak cukup signifikan. Kelompok B mengalami peningkatan sebesar 158,7% dari 70,2 mg/dl menjadi 181,6 mg/dl, kelompok C naik sebesar 203% dari 64,6 mg/dl menjadi 195,8 mg/dl, kelompok D naik sebesar 154,9% dari 64,8 mg/dl menjadi 165,2 mg/dl, kelompok E naik sebesar 137% dari 67,8 mg/dl menjadi 160,8 mg/dl, dan kelompok F naik sebesar 190,6% dari 53,4 mg/dl menjadi 155,2 mg/dl. Kondisi hiperglikemia ini disebabkan oleh pemberian sukrosa dengan dosis yang relatif tinggi. Sukrosa dalam sel epitel usus halus akan dihidrolisis oleh enzim sucrase menghasilkan glukosa dan fruktosa. Pada usus halus terjadinya penyerapan glukosa dan masuk ke peredaran darah, sehingga meningkatkan kadar glukosa darah.
Kemudian setelah kadar gula darah mencit naik, dilakukanlah 3 kali pengujian pengaruh berbagai perlakuan selama 9 hari. Pada hari ke-13 pengujian, kelompok B hingga F mengalami penurunan yang juga cukup signifikan. Kadar gula darah kelompok B (diberi air rebusan daun tapak dara) turun sebesar 49,8% dari 181,6 mg/dl menjadi 91,2 mg/dl, kelompok C (diberi air rebusan herba anting-anting) turun sebesar 52,8% dari 195,8 mg/dl menjadi 92,4 mg/dl, kelompok D (diberi air rebusan daun tapak dara dan herba anting-anting) turun sebesar 51,9% dari 165,2 mg/dl menjadi 79,4 mg/dl, kelompok E (diberi mie lempung) turun sebesar 45,4% dari 160,8 mg/dl menjadi 87,8 mg/dl, dan kelompok F (diberi diet mie lempung dengan air rebusan daun tapak dara dan herba anting-anting) turun sebesar 54,1% dari 155,2 mg/dl menjadi 71,2 mg/dl.
Data pengamatan pada hari ke-13 ini kemudian dianalisa dengan uji F (sidik keragaman atau ANOVA), diperoleh ternyata hasilnya berpengaruh sangat nyata.



Berikut tabel uji F :
SK
DB
JK
KT
F hitung
F tabel
0,05
0,01
Perlakuan
5
1957,867
391,5733
5,153411**
2,620654
3,89507
Galat
24
1823,6
75,98333

Total
29
3781,467

Keterangan : ** sangat nyata (Fh > Ft 1%)
Tabel 6. Tabel uji F
Karena hasilnya berpegaruh sangat nyata, maka data selanjutnya dianalisa dengan uji BNT. Berikut tabel uji BNT :
Perlakuan
Rerata Kadar Gula (mg/dl)
BNT 0,05 (11,37883)
A
75,2
ab
B
91,2
d
C
92,4
d
D
79,4
abc
E
87,8
cd
F
71,2
a
Tabel 7. Tabel uji BNT
Keterangan :
·         BNT 5% ditentukan berdasarkan tabel t-student.
·         Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama disebut dengan berbeda tidak nyata atau berbeda tidak sangat nyata.
Untuk mentukan perlakuan mana yang terbaik, selanjutnya dilakukan analisa logika. Dalam penelitian ini, rerata perlakuan yang terendah dan diikuti huruf yang sama dikumpulkan. Kelompok A, D, dan F memiliki huruf yang sama, namun F memiliki rerata yan paling rendah maka perlakuan F adalah perlakuan yang terbaik.
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa semakin banyak senyawa yang memiliki aktivitas hipoglikemik yang terkandung dalam tanaman dan kandungan IG makanan yang rendah maka penurunan kadar gula darah akan semakin besar. Hal ini terbukti dengan peringkat penurunan kadar gula darah, yaitu kelompok F merupakan perlakuan dengan penurunan terbesar, kemudian kelompok C, kelompok D, kelompok B, dan terakhir kelompok E.
Penurunan pada kelompok B, C, D, dan F disebabkan karena adanya berbagai senyawa antidiabetik yang terdapat pada tapak dara dan anting-anting. Senyawa aktif alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, dan acalyphine banyak ditemukan pada herba anting-anting (Acalypha indica). Tapak dara (Catharanthus roseus) memiliki kandungan yang berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah (hipoglikemik) antara lain leurosin, katarantin, lochnerin, tetrahidroalstonin, vindolin dan vindolinin.
Aksi dari flavonoid yang bermanfaat pada diabetes melitus adalah melalui kemampuannya untuk menghindari absorpsi glukosa atau memperbaiki toleransi glukosa. Lebih lanjut flavonoid menstimulasi pengambilan glukosa pada jaringan perifer, mengatur aktivitas dan ekspresi enzim yang terlibat dalam jalur metabolisme karbohidrat dan bertindak menyerupai insulin, dengan mempengaruhi mekanisme signaling insulin.
Sedangkan kandungan alkaloid ini berefek antioksidan yang mengurangi dampak kerusakan terhadap sel-sel beta pankreas. Hal ini menyebabkan fungsi sel-sel beta pankreas sebagai penghasil insulin menjadi lebih baik dan dengan demikian terjadi penurunan glukosa darah pada mencit. Alkaloid yang berefek  menurunkan kadar gula tersebut antara lain leurosine,  catharanthine, lochnerine, tetrahydroalstonine, vindoline, dan vindolinine.
Kandungan tanin berperan: (1) memiliki aksi meningkatkan fosforilasi tyrosine dari subunit β reseptor insulin dan  menghambat tyrosine phosphatase. (2) menstimulasi aktivitas transport glukosa. Sehingga pemberian herba anting-anting pada mencit hiperglikemik akan dapat meningkatkan aktivitas reseptor insulin. Pada akhirnya dengan peningkatan jumlah sel beta pankreas dan jumlah reseptor insulin akan dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Sedangkan penggunaan diet mie lempung bertujuan sebagai alternatif bahan makanan pokok yang rendah nilai indeks glikemiknya. Dalam mie lempung sendiring, tepung suweg merupakan bahan utama karena merupakan ciri khas pangan lokal daerah Sukorejo. Menurut King et al (2005), pati resisten memiliki indeks glikemik yang rendah karena pelepasan glukosanya yang lambat. Hal tersebut dapat menurunkan respon insulin tubuh sehingga dapat membantu orang yang diabetes menormalkan kembali gula darahnya. Rendahnya respon insulin juga dapat menurunkan kecepatan gula darah sehingga kebutuhan energi turun. Rendahnya nilai daya cerna pati ini bisa disebabkan oleh tingginya serat pangan dalam tepung suweg, yaitu sebesar 13,71%.
Kombinasi diet mie lempung dengan air rebusan daun tapak dara dan herba anting-anting merupakan salah satu pengembangan terapi oral anti-diabetik (OAD) yang ditujukan untuk memperbaiki metabolisme tubuh penderita diabetes, target minimal yang harus dicapai dalam terapi OAD adalah perbaikan metabolisme glukosa dengan penurunan kadar glukosa darah dan perbaikan islet langerhans.
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, masyarakat bisa semakin proaktif mencegah peningkatan jumlah penyakit diabetes melitus di Indonesia dengan mengoptimalkan pangan dan obat-obatan herbal berbasis kearifan lokal dan para penderita diabetes melitus memiliki solusi terapi herbal yang murah, mudah aplikasinya, dan berkualitas nilai gizinya guna mewujudkan Indonesia sehat 2025.

C. Kelebihan Penelitian
Adapun keunggulan dari penelitian ini adalah :
1.      Penelitian ini bersifat inovatif karena selama ini belum ada yang mengkombinasikan diet rendah IG dengan obat-obatan herbal seperti tapak dara dan anting-anting.
2.      Tidak ada efek samping jika digunakan pada dosis normal. Hal ini terjadi karena obat herbal tersusun oleh bahan-bahan organik yang kompleks. Kelebihan obat herbal yang digunakan tentu menyebabkan efek samping. Dosis yang dianjurkan untuk penggunaan herbal adalah dosis tradisional dan sedikit dikurangkan.
3.      Efektif, berdasarkan pengalaman turun-temurun yang tertulis maupun lisan. Pendekatan dalam penggunaan herbal ditekankan pada aspek farmakologi yang merupakan fungsi herbal tersebut dalam proses pengobatan.
4.      Harga murah dan dapat ditanam sendiri. Terutama jika kita dapat menanam sendiri dengan membuat tanaman obat keluarga (TOGA).
5.      Mengoptimalkan fungsi tanaman lokal daerah Sukorejo, yaitu suweg, anting-anting, tapak dara, singkong, dan talas.
6.      Aplikasinya lebih sederhana, rekomendasi terapi dapat diberikan oleh dokter yang juga herbalis, tetapi perawatannya bisa di rumah oleh anggota keluarga. Terapi herbal kini mulai digunakan di dunia kedokteran sebagai pendamping terapi medis.
7.      Mendorong pola hidup sehat, penderita diabetes tetap minum obat-obatan dokter selain mengonsumsi obat herbal. Kombinasi obat dan herbal ini dimaksudkan agar tubuh mulai beradaptasi, sampai kemudian obat-obatan dokter mulai dikurangi dosisnya, dan penderita tidak lagi bergantung pada obat-obatan dokter. Pengurangan pemakaian obat-obatan selalu diikuti dengan pemantauan kadar gula darah. Terapi diet mie lempung bertujuan selain mengurangi asupan glukosa juga membantu penderita diabetes mendapatkan makanan yang berkualitas nilai gizinya.
D. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah :
1.      Keterbatasan waktu dan biaya penelitian.
2.      Penelitian ini sangat tergantung pada variasi biologi obyek penelitian yang meliputi umur, pola hidup, dosis kandungan, berat, dan lain sebagainya.


BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Adapun simpulan dari penelitian ini adalah kombinasi diet mie lempung secara rutin dengan air rebusan daun tapak dara dan herba anting-anting secara berkala berpengaruh sangat nyata dan dapat menurunkan kadar gula darah mencit hingga 54,1% selama 9 hari pengujian. Perlakuan ini dapat menurunkan kadar gula darah karena mie lempung memiliki nilai IG rendah serta herba tapak dara dan anting-anting memiliki senyawa aktif yang memiliki aktivitas hipoglikemik, seperti alkaloid, vindolin, tanin, saponin, dan flavonoid.
B. Saran
1.      Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan waktu pengukuran kadar gula darah yang diperpanjang.
2.      Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menentukan dosis maksimum, dosis minimum, dosis toksik, serta efek farmakologisnya penggunaan herba tapak dara dan herba anting-anting.
3.      Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan manusia sebagai obyeknya atau melakukan perbandingan dosis obat herbal antara mencit dengan manusia.
4.      Masyarakat diharapkan untuk lebih memanfaatkan secara optimal potensi lokal sebagai obat diabetes dan juga penyakit-penyakit lainnya.


BIODATA PENULIS

Ketua Tim
Nama Lengkap                        : Arkan Setiaji
Jenis Kelamin                          : Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir      : Kendal, 17 Desember 1996
Alamat : RT 06 RW 03 Desa Kebumen Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal
NISN                                                  : 9966594935
No. Hp                                                            : 085642276332
Email                                                   : arkansetiaji@yahoo.com
Sekolah                                   : SMA Negeri 1 Sukorejo
Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat :
1.      Biskuit Tong Ja Sebagai Alternatif Pakan Kelinci Tinggi Protein
2.      Memaknai Kompleks Percandian Arjuna di Kawasan Dieng dalam Memperkuat Karakter Bangsa Indonesia
3.      Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Guna Mengatasi Pencemaran Sungai di Kecamatan Sukorejo
4.      Implikasi Teh Kliyang Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Sukorejo dan Korelasinya Terhadap Konservasi Lingkungan
5.      Integrasi Nilai Budaya dalam Diversitas Beragama di Kalangan Remaja Sebagai Solusi Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Generasi Muda
6.      Prospektif Pengembangan Wisata Edukasi dan Rekreasi Situs Sangiran Sebagai Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Sekitar
7.      Penguatan Ketahanan Pangan Melalui Pengembangan Budidaya Suweg (Amorphophallus paeoniifolius)
8.      Pemanfaatan Kijing (Pilsbryoconcha Exilis) Sebagai Biofilter dalam Medium Pemeliharaan Ikan Mas Koki (Carrasius carrasius var auratus)
9.      Penerapan Paket Filtrasi Toya dalam Pengolahan Air Limbah Detergen Sebagai Solusi Pemenuhan Ketersediaan Air Ramah Lingkungan Nonkonsumsi Bagi Masyarakat Kendal
10.  Briket KSSG dan Korelasinya terhadap Upaya Konservasi Sumber Daya Air melalui HTI Tumpangsari
11.  Pengaruh Kondisi Fisik Sungai yang Tercemar Terhadap Tingkat Keanekaragaman Hayati di Sungai Kecamatan Ngemplak
12.  Pengaruh Kombinasi Diet Mie Lempung dengan Air Rebusan Daun Tapak Dara (Catharanthus Roseus) dan Herba Anting-Anting (Acalypha Indica) Terhadap Kadar Gula Darah Mencit (Mus Musculus)
Penghargaan Ilmiah :
1.      Kelompok Penelitian Terbaik Bidang IPA Perkemahan Ilmiah Remaja Nasional 2013
2.      Juara III Olimpiade Peneliti Muda 2013 Regional Jawa Tengah, Jawa Timur, D.I.Yogyakarta







Anggota Tim
Nama Lengkap                        : Davet Setiawan
Jenis Kelamin                          : Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir       : Kendal, 13 Juli 1996
Alamat : RT 01 RW 01 Desa Krikil Kecamatan Pageruyung Kabupaten Kendal
NISN                                                  : 9660011032
No. Hp                                                            : 085226587578
Sekolah                                   : SMA Negeri 1 Sukorejo
Karya Ilmiah yang pernah dibuat :
1.      Museum Dieng Kailasa Sebagai Wahana Pendidikan Karakter
2.      Pengaruh Kombinasi Diet Mie Lempung dengan Air Rebusan Daun Tapak Dara (Catharanthus Roseus) dan Herba Anting-Anting (Acalypha Indica) Terhadap Kadar Gula Darah Mencit (Mus Musculus)


Lampiran 3. Perhitungan Analisa Data Menggunakan Uji F dan Uji BNT
Adapun perhitungan dari uji sidik keragaman dari tabel di atas sebagai berikut :

Perlakuan = 6
Ulangan = 5

DB perlakuan = perlakuan – 1 = 5
DB galat = perlakuan x (ulangan - 1) = 24
DB total = (perlakuan x ulangan) – 1 = 29
FK = total jumlah kadar gula2 = 24862 = 206006,5333
            Ulangan x perlakuan       5 x 6
JK total = (jumlah kuadrat setiap kadar gula) – FK
             = (642 + 872 + ....+ 862) – 206006,5333 = 3781,466667
JK perlakuan = (jumlah dari kuadrat jumlah perlakuan kadar gula) – FK
                                                perlakuan
                     = (3762 + 4562 + .... + 3562) – 206006,5333 = 1957,866667
                                                6
JK galat = JK total – JK perlakuan = 1823,6
KT galat = JK galat : DB galat = 75,9833333
F hitung = KT perlakuan : KT galat = 5,153411
KT perlakuan = JK perlakuan : DB perlakuan = 391,5733333


Kemudian data di atas dimasukkan dalam tabel ANOVA berikut :
SK
DB
JK
KT
F hitung
F tabel
0,05
0,01
Perlakuan
5
1957,867
391,5733
5,153411**
2,620654
3,89507
Galat
24
1823,6
75,98333

Total
29
3781,467

karena Fh > Ft 1% maka berpengaruh sangat nyata, pengujian dilanjutkan dengan uji BNT sebagai berikut :
t0,05 (24) = 2,064 (berdasarkan tabel t-student)
Sd =  = 5,513
BNT 0,05 = 2,064 x 5,513 = 11,37883
Perlakuan
Rerata Kadar Gula (mg/dl)
BNT 0,05 (11,37883)
A
75,2
ab
B
91,2
d
C
92,4
d
D
79,4
abc
E
87,8
cd
F
71,2
a
Tabel uji BNT di atas menunjukkan angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama disebut dengan berbeda tidak nyata atau berbeda tidak sangat nyata dengan perlakuan F merupakan perlakuan terbaik diikuti perlakuan A kemudian perlakuan D.




LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KTI

Kami yang bertanda tangan di bawah ini :
1.      Nama   : Arkan Setiaji
Alamat            : RT 06 RW 03 Desa Kebumen, Sukorejo, Kabupaten Kendal
2.      Nama   : Davet Setiawan
Alamat : RT 01 RW 01 Desa Krikil, Pageruyung, Kabupaten Kendal
            Dengan ini menyatakan bahwa kami adalah penulis/inventor dari karya tulis ilmiah yang berjudul “Pengaruh Kombinasi Diet Mie Lempung dengan Air Rebusan Daun Tapak Dara (Catharanthus Roseus) dan Herba Anting-Anting (Acalypha Indica) terhadap Kadar Gula Darah Mencit (Mus Musculus)” yang kami ajukan untuk dapat mengikuti lomba Public Health Competition 2014 dan menyatakan bahwa karya tulis ilmiah tersebut benar-benar merupakan hasil ide orisinil dan pengembangan (studi pustaka) kami sendiri dan bukan merupakan invensi/karya tulis orang lain atau hasil penjiplakan dari invensi/karya tulis orang lain.
            Apabila ada konsekuensi hukum akibat adanya tuntutan dari pihak lain yang merasa dijiplak, maka akan menjadi tanggung jawab kami sepenuhnya.
Kendal, 9 Agustus 2014
Mengetahui,




(Arkan Setiaji)
NIS 5755
(Davet Setiawan)
NIS 5998

No comments:

Post a Comment