Revitalisasi nilai-nilai
Mgr. Soegijapranata, SJ.
Pembaruan Konsep
Pedoman Bagi Generasi Muda
Sebagai Media
Meningkatkan Rasa Nasionalisme nan Religius
OLEH:
Zenith Dito Rissaldy
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa
ini, banyak generasi muda Indonesia yang mempunyai karakter buruk. Hal ini
menyebabkan banyaknya tindak penyimpangan yang terjadi di kalangan generasi
muda Indonesia seperti kenakalan remaja, tawuran, seks bebas, dan sebagainya.
Kebanyakan dari para generasi muda yang banyak melakukan penyimpangan karena
tidak mengerti dan memahami sebuah prinsip pedoman untuk melakukan suatu
tindakan sehingga para generasi muda tidak sadar bahwa hal yang mereka lakukan
mempunyai nilai yang benar atau salah. Hal-hal seperti ini tentu saja akan
menyebabkan runtuhnya mental para generasi muda Indonesia sehingga menghambat
perkembangan dan kemajuan para generasi muda.
Salah satu faktor dasar yang menyebabkan
rusaknya karakter generasi muda adalah akibat generasi muda sudah tidak
mengenal pahlawan dan sudah hilangnya rasa nasionalisme. Padahal rasa
nasionalisme sangat diperlukan untuk membangun suatu karakter berhasil yang
berjiwa patriotis. Nasionalisme perlu dipupuk dari kecil untuk menciptakan
karakter yang mempunyai nasionalisme tinggi sehingga mempunyai konsep selektif
untuk dapat memilah-milah baik buruknya suatu tindakan yang akan mereka lakukan
dengan prinsip patriotis. Akan tetapi, nasionalisme saja tidak cukup untuk membangun
karakter yang berhasil. Runtuhnya nilai religius di kalangan generasi muda
sangat berpengaruh terhadap pola liku setiap tindakannya.
Nasionalisme dan nilai religi mempunyai hubungan
yang erat dalam proses pembentukan sebuah karakter generasi muda yang berhasil.
Kedua nilai tersebut tidak dapat dipisahkan. Jika seseorang memiliki
nasionalisme yang tinggi tapi tidak memahami dengan betul nilai religius, akan
menimbulkan sikap fasisme. Lalu, apabila seseorang memiliki religi yang tinggu
namun, tidak memiliki nasionalime dapat menimbulkan pemberontakan yang
mengancam keutuhan NKRI.
Terciptanya karakter yang berhasil yakni
dengan adanya timbal balik yang seimbang antara nilai-nilai nasionalisme dan
religi. Namun, sementara ini belum ada konsep jelas mengenai pentingnya
hubungan seimbang antara nilai religi dan nasionalisme sehingga para generasi
muda sulit memahami dan mengerti pentingnya konsep tersebut dalam tindakan
sehari-hari. Padahal jika seseorang sudah dapat bertindak dengan berpedoman
pada nilai-nilai religi dan nasionalisme, proses pembentukan karakter akan
menjadi sempurna karena nasionalisme dan nilai religi sudah memuat semua
nilai-nilai yang ada seperti nilai kesopanan, nilai moral, dan nilai sosial.
Seperti Mgr. Albertus Seogija Pranata,
merupakan pahlawan dengan sosok nasionalis dan religius. Beliau merupakan tokoh
yang berkarakter. Setiap beliau bertindak demi kepentingan semua, pasti
menggunakan landasan nasionalime diiringi dengan rasa religiusnya yang tinggi
sehingga selalu dapat menyelesaikan setiap masalah yang berpihak bagi semua
golongan, termasuk golongan yang berlainan kepercayaan. Beliau merupakan
pemimpin berbasis pelayanan.
B.
Identifikasi Masalah
1. Generasi muda yang sudah mulai melupakan para
pahlawan bangsa.
2. Pahlawan Mgr. Albertus Soegija Pranata belum
dikenal secara luas oleh masyarakat.
3. Belum tertanamnya nilai-nilai kepahlawanan
Mgr. A. Soegijapranata dalam diri generasi muda.
C.
Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis hanya akan
membahas permasalahan sebagai berikut :
1. Akan membahas tentang nilai-nilai
kepahlawanan yang dapat diambil dari Mgr. Albertus Soegijapranata.
2. Akan membahas tentang nilai-nilai dari Mgr.
Albertus Soegija Pranata dapat dijadikan sebagai pedoman/keteladanan bagi
generasi muda dalam pembentukan karakter
D.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang
tersebut, penulis rumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. Nilai-nilai apa
saja yang dapat diambil dari Mgr. Albertus Soegija Pranata?
2. Apakah nilai-nilai dari Mgr. Albertus Soegija
Pranata dapat dijadikan sebagai pedoman/keteladanan bagi generasi muda dalam
pembentukan karakter ?
E.
Tujuan Penelitian
1. Mengetahui nilai-nilai
yang dapat diambil dari Mgr. Albertus Soegija Pranata.
2. Mengetahui nilai-nilai dari Mgr. Albertus
Soegija Pranata dapat dijadikan sebagai pedoman/keteladanan bagi generasi muda
dalam pembentukan karakter.
F.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan 4 metode yaitu study literatur, observasi, argumentatif,
dan triangulasi data.
1. Study Literatur
Metode pencarian data dengan study literatur
penulis lakukan dengan membaca buku-buku sebagai referensi penelitian. Study
literatur dimaksudkan agar hasil penelitian benar-benar sesuai dengan teori
yang ada dan mendapatkan hasil penelitian yang optimal serta dapat
dipertanggungjawabkan validitasnya.2.
Observasi dan Wawancara
Observasi penulis lakukan di
sekitar Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. Dalam melakukan observasi, penulis
melakukan penyebaran angket kepada 200 responden yang terdiri dari 100 orang
dewasa dan 100 orang remaja. Lalu penulis melakukan wawancara kepada semua
responden untuk mengetahui bagaimana pendapat mereka tentang nilai-nilai
kepahlawanan dari Mgr. Soegija Pranata sekaligus pendapat para responden
terhadap konsep pedoman yang penulis simpulkan dari nilai-nilai Mgr. Soegija
Pranata. Tujuan penulis lakukan penyebaran angket selain untuk mengetahui
pendapat para responden, juga untuk mendapatkan data kuantitatif yang lebih
valid dan tidak hanya sekedar data data dari literatur saja.
3. Argumentatif
Metode
penelitian yang dilakukan penulis setelah melakukan study literatur yakni
argumentatif, yaitu suatu perumusan
pendapat / gagasan setelah mempelajari buku-buku, tulisan, media cetak dan
lain-lain.
4. Triangulasi
Data
Triangulasi
adalah proses untuk mendapatkan data valid melalui penggunaan variasi
instrumen. Metode ini merupakan cara pengkombinasian antara penelitian
kualitatif dan kuantitatif dengan cara mengecek antara satu hasil penelitian
(kualitatif misalnya) dapat dicek dari hasil penelitian lain (kuantitatif).
Dalam metode ini, penulis mengutamakan data kualitatif dari referensi dan
dengan hasil yang diperkuat dari data kuantitatif (sebagai fasilitator) untuk
memudahkan penelitian. Penulis melakukan Triangulasi
dengan memanfatkan penggunaan penyidik atau pengamat yang lainnya dengan tujuan
untuk membantu mengurangi penyimpangan dalam pengumpulan data sehingga
mendapatkan data yang valid.
G.
Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang
karakter yang berjiwa Nasionalis nan religius seperti Mgr. Albertus Soegija
Pranata.
2. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan pembaca mengenai
karakter yang dimiliki Mgr. Albertus Soegija Pranata yang dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam bertindak dengan konsep nasional-religius.
3. Bagi generasi Muda
Menciptakan sebuah konsep yang diambil
dari nilai-nilai dari Mgr. Albertus Soegija Pranata sebagai pedoman dalam melakukan sebuah
tindakan dengan pola nasionalis nan religius untuk membantu proses pembentukan
karakter yang berhasil.
4. Bagi Pendidikan
Sebagai media belajar tambahan mengenai nilai-nilai
kepahlawan dengan tujuan dapat meningkatkan pemahaman siswa untuk membantu
membentuk karakter siswa yang santun dalam perilaku nan unggul dalam prestasi.
H.
Sistematika Penulisan
Penelitian ini penulis susun dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sisematika penelitian.
BAB II : Landasan Teori dan Pembahasan
BAB III : Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
BAB I : Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sisematika penelitian.
BAB II : Landasan Teori dan Pembahasan
BAB III : Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mgr.
Albertus Soegijapranata
Mgr.
Albertus Soegijapranata (lahir 25 November 1896 – Meninggal 22 Juli 1963 pada
umur 66 tahun), lebih dikenal dengan nama kecilnya soegija, merupakan Vikaris
Apostolik Semarang, kemudian menjadi uskup agung. Ia lahir di Surakarta pada
tanggal 25 November 1896 sebagai anak kelima dari sembilan bersaudara dari
keluarga Karijosoedarmo. Karijosoedarmo semula merupakan abdi dalem di Kraton
Surakarta yang kemudian pindah domisili ke Yogyakarta. Di Yogyakarta, mereka
tinggal di kampung Ngabean, sebuah
kampung di sebelah barat Kraton. Ayah Mgr. Albertus Soegija Pranata asli dari
Yogyakarta, sedangkan ibunya dari Surakarta.
Dalam
jalur pendidikan formal, Soegija menempuh sekolah Rakyat-nya di dua tempat,
yaitu di SR Ngebean dan di Wirogunan. Lalu ketika di Lempuyangan mulai dibuka Hollandsch
Inlandsche School (HIS), beliau melanjutkan sekolahnya ke daerah tersebut.
Selanjutnya, Soegija melanjutkan pendidikan ke Sekolah di Muntilan yang
dirintis oleh Rama van Lith. Tahun 1915, Soegija menyelesaikan masa belajarnya
di Kolase Xaverius, lalu ia menjalani praktik sebagai guru selama satu tahun.
Tahun
1919, seusai Perang Dunia I, Soegija untuk pertama kalinya menjejakan kaki di
Belanda guna mempersiapkan diri sebagai imam pribumi. Tahap pertama yang
dijalaninya di sebuah gymnasium milik
Ordo Salib Suci di kota Uden, Belanda Utara. Tahap selanjutnya, 27 September
1920 soegija mengalami masa novisiat selama dua tahun di Novisiat Serikat
Yesus, Mariendaal, Grave. Antara tahun 1923-1926, Soegija menjalani studi
filsafat di kota Oudenbosch.
Pada
akhir Agustus 1928, soegija kembali pergi ke Belanda untuk menjalani tugas
studi Teologi di Maastrich selama empat tahun (1928-1932). Belum selesai
menjalani masa studi teologinya, Soegija menerima tahbisan imam, lalu Soegija
menambahkan sebuah kata yang lain
sehingga namanya menjadi A. Soegija Pranata. Lalu pada akhir tahun 1933,
Soegijapranata kembali ke Indonesia dan ditugaskan di Gereja Katolik Kidul
Loji.
Dari sekian riwayat
Mgr. Albertus Soegija Pranata, banyak sekali nilai-nilai yang dapat diambil
dari beliau. Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ adalah seorang pimpinan Gereja
Katolik di Indonesia pertama dari kalangan pribumi. Beliau Merupakan tokoh
nasional yang memiliki religius tinggi. Sosok beliau memiliki peran penting
bagi bangsa.
Soegijapranata
membantu menyelesaikan Pertempuran Lima Hari dan menuntut agar pemerintah pusat mengirim seseorang dari
pemerintah untuk menghadapi kerusuhan di Semarang. Selama revolusi nasional Soegijapranata berusaha untuk meningkatkan pengakuan
Indonesia di dunia luas dan meyakinkan orang Katolik untuk berjuang demi negera
mereka.
Pada
tanggal 3 Januari 1961 ia diangkat sebagai uskup agung, saat Tahta
Suci mendirikan enam provinsi gerejawi di wilayah Indonesia. Saat penguasa
Jepang berusaha untuk menyita Katedral Semarang untuk digunakan sebagai kantor,
Soegijapranata menyatakan bahwa mereka hanya boleh mengambil gereja tersebut
kalau mereka memenggal kepalanya dulu; pihak Jepang kemudian menemukan tempat
lain. Soegijapranata juga mencegah penyitaaan Pastoran Gedangan, tempat ia
tinggal. Ia dan
warga Katolik lain juga mengumpulkan makanan untuk klerus yang ditahan, dan
Soegijapranata terus menjaga hubungannya dengan para tahanan; ia memberikan
informasi dan berita kepada mereka.
Untuk
mendukung kemerdekaan Indonesia, Soegijapranata memerintahkan agar sebuah bendera
Indonesia dikibarkan di depan Pastoran Gedangan. Karena
peduli akan kesengsaraan rakyat, vikar apostolik itu menyatakan bahwa pihak
Sekutu harus menghentikan pertempuran di luar; pihak Sekutu mengaku bahwa
mereka tidak bisa, sebab mereka tidak kenal dengan komandan Jepang.
Soegijapranata lalu menghubungi pihak Jepang dan, siang itu, menjadi perantara
dalam pembuatan gencatan senjata. ia
menasihati orang-orang Katolik agar berjuang demi negara Indonesia; ia
menyatakan bahwa mereka "baru boleh pulang kalau mati".
Pada
3 Januari 1946 Soekarno-Hatta beserta jajarannya mengalihkan
pusat pemerintahan RI ke Yogyakarta. Kemudian salah satu sikap nasionalisme
Soegijapranata ditunjukan dengan cara memindahkan pusat pelayanan dari Semarang
ke Yogyakarta pada tanggal 13 Februari 1947.
Setelah
tidak berhasilnya Perjanjian Linggajati, yang dimaksudkan untuk menghentikan perang antara Indonesia
dan Belanda, serta serangan besar Belanda terhadap
Indonesia pada tanggal 21 Juli 1947,
Soegijapranata, melalui sebuah pidato di Radio Republik Indonesia, menyatakan bahwa orang-orang Katolik akan bekerja sama
dengan pejuang Indonesia. Soegijapranata
juga banyak menulis kepada Tahta
Suci, yang menanggapi surat-surat Soegijapranata dengan mengirim
Georges de Jonghe d'Ardoye sebagai duta ke Indonesia; ini membuka jalur
diplomasi antara Vatikan dan Indonesia. D'Ardoye tiba di wilayah Republik pada
bulan Desember 1947 dan bertemu dengan Presiden Soekarno.
Setelah Agresi Militer Belanda II, ketika Belanda menduduki ibukota di Yogyakarta pada tanggal
19 Desember 1948, Soegijapranata menyatakan bahwa perayaan Hari
Natal tidak boleh mewah, sebab rakyat sedang sengsara. Selama Belanda menguasai Yogyakarta
Soegijapranata dapat mengirim beberapa tulisannya ke luar negeri; tulisan ini,
yang dimuat di majalah Commonweal,
mendetail kehidupan sehari-hari orang Indonesia di bahwa kekuasaan Belanda dan
menggugat agar masyarakat internasional mengutuk Belanda. Soegijapranata juga berpendapat
bahwa blokade Belanda terhadap Indonesia tidak hanya mencekik ekonomi
Indonesia, tetapi juga meningkatkan kekuasaan orang-orang Komunis.
Ketika
Belanda mulai mengundurkan diri setelah Serangan Umum 1 Maret 1949, Soegijapranata mulai berusaha agar orang Katolik mendapat
peran dalam pemerintahan. Ia bekerja sama dengan orang Katolik lain untuk
mendirikan kelompok pekerja yang dibuka untuk orang Katolik dan non-Katolik.
Salah satu kelompok yang didirikan ialah Buruh Pancasila, yang dibentuk pada
tanggal 19 Juni 1954 organsisasi tersebut juga merupakan salah satu cara
Soegijapranata untuk mempromosikan falsafat Pancasila.
Pada tanggal 2 November 1955 Soegijapranata dan beberapa
uskup lain mengeluarkan sebuah surat pastoral yang mencela paham komunisme, Marxisme, dan materialisme; mereka juga minta agar pemerintah memperlakukan setiap
warga negara dengan adil dan bijaksana.
2. Konsep yang diambil dari nilai-nilai Soegijapranata
Berikut konsep pedoman yang dikembangkan penulis dari nilai-nilai
Mgr. Albertus Soegija Pranata :
Generasi yang tidak berkarakter
Selalu termotivasi
untuk menjadi lebih baik
Semangat juang tinggi
Pantang Menyerah
Nasionalisme tinggi
Religi Tinggi
Rasa sosial yang besar
Sosok yang cerdas
Memiliki sikap selektif dan disiplin tinggi
Karakter berhasil yang cerdas, memiliki
nasionalisme dan religi yang tinggi seperti Mgr. Albertus Soegija Pranata
Untuk mengetahui bagaimana efektifitas
pedoman yang diambil dari nilai-nilai Mgr. A. Soegijapranata, penulis
memberikan angket kepada kepada 200 responden yang terdiri dari 100
orang dewasa dan 100 orang remaja.
Dewasa
|
Remaja
|
||||
Sangat Efektif
|
Efektif
|
Cukup Efektif
|
Sangat Efektif
|
Efektif
|
Cukup efektif
|
87
|
12
|
3
|
79
|
13
|
6
|
BAB
III
SIMPULAN
dan SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan
observasi penulis dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai-nilai yang dapat diambil dari Mgr. Albertus
Soegija Pranata yaitu :
a.
Kepribadian yang kuat dan tegar
b.
Nasionalisme yang tinggi
c.
Memiliki nilai religius yang tinggi
d.
Memiliki sikap selektif
e.
Sosialisasi yang tinggi
f.
Berani dan pantang menyerah
g.
Membela yang benar
h.
Sosok yang cerdas
i.
Adil dan bijaksana dalam menanggapi masalah
j.
Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan agamanya
k.
Semangat juang tinggi
l. Disiplin yang tinggi
2. Nilai-nilai dari
Mgr. A. Soegijapranata, SJ dapat dijadikan sebagai konsep pedoman bagi generasi
muda untuk membentuk karakter yang berhasil. Hal ini juga dibuktikan dengan
angket yang telah dibagikan menunjukan hasil yang efektif sehingga konsep dari
nilai-nilai Mgr. A. Soegijapranata, SJ dapat digunakan sebagai pedoman generasi
muda untuk membentuk karakter berhasil yang memiliki nasionalisme dan religius
tinggi seperti Mgr. A. Soegijapranata, SJ.
B.
Saran
1. Kepada generasi muda marilah kita mencintai
para pahlawan bangsa karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai
jasa para pahlawannya.
2. Kepada guru dan orang tua selaku pendidik
diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai pahlawan kepada para generasi muda
semenjak kecil sehingga terbiasa dengan budaya baik para pahlawan bangsa.
3. Kepada pemerintah/pemimpin diharapkan dapat
merancang dan merealisasikan sebuah program yang dapat meningkatkaan rasa cinta
generasi muda akan para pahlawan bangsa.
DAFTAR
PUSTAKA
Subanar, Budi. 2012. Soegija Catatan Harian Seorang Pejuang
kemanusiaan. Yogyakarta: Galangpress.
Frederick, William H dan Soeri Soeroto.
Ed. 1982. Pemahaman Sejarah Indonesia.
Sebelum dan Sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES.
Moeryantini, M.H. 1975, Mgr. Albertus
Soegijapranata, SJ. Ende: Nusa Indah.
Bungin, Burhan. Analisis
Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah
Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2003.
Mortimer, Rex. 2012. Indonesian Comunism Under Sukarno ideologi
dan politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://triatmono.wordpress.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Albertus_Soegijapranata
Curiculum Vitae
Nama : Zenith Dito Rissaldy
Tempat Tanggal Lahir : Kendal, 13 Mei 1996
Alamat
Rumah :Jalan Sukorejo RT
06/07 Sukorejo Kendal 51363
Agama
: Islam
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Kelas : XI IPA 3
NIS : 5394
NISN : 9945995084
Handphone : 0852 9120 6000
Telepon : (0294) 452076
Email :
zenith.d.r@gmail.com
Sekolah : SMA Negeri 1
Sukorejo Kendal
Alamat Sekolah : Jalan Banaran 5 Sukorejo Kendal
51363
Telp/Fax : (0295) 452 091
Prestasi karya ilmiah :
1. Juara 1 Lomba Karya Ilmiah
Kewirausahaan
SMA/Sederajat tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2011
2. Juara
1 Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia
tingkat Kabupaten bidang IPS dan Humaniora
2011
3. Juara
1 Lomba Karya Ilmiah Lingkungan Hidup
SMA/Sederajat tingkat
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012
4. Finalis
LKTI FPMIPA UPI
No comments:
Post a Comment