Friday, April 15, 2016

MAKALAH JUARA 2 LKTI KEPAHLAWANAN DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Zenith Dito Rissaldy





Revitalisasi nilai-nilai Mgr. Soegijapranata, SJ.
Pembaruan Konsep Pedoman Bagi Generasi Muda
Sebagai Media Meningkatkan Rasa Nasionalisme nan Religius 

OLEH:
 Zenith Dito Rissaldy






BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
          Dewasa ini, banyak generasi muda Indonesia yang mempunyai karakter buruk. Hal ini menyebabkan banyaknya tindak penyimpangan yang terjadi di kalangan generasi muda Indonesia seperti kenakalan remaja, tawuran, seks bebas, dan sebagainya. Kebanyakan dari para generasi muda yang banyak melakukan penyimpangan karena tidak mengerti dan memahami sebuah prinsip pedoman untuk melakukan suatu tindakan sehingga para generasi muda tidak sadar bahwa hal yang mereka lakukan mempunyai nilai yang benar atau salah. Hal-hal seperti ini tentu saja akan menyebabkan runtuhnya mental para generasi muda Indonesia sehingga menghambat perkembangan dan kemajuan para generasi muda.
Salah satu faktor dasar yang menyebabkan rusaknya karakter generasi muda adalah akibat generasi muda sudah tidak mengenal pahlawan dan sudah hilangnya rasa nasionalisme. Padahal rasa nasionalisme sangat diperlukan untuk membangun suatu karakter berhasil yang berjiwa patriotis. Nasionalisme perlu dipupuk dari kecil untuk menciptakan karakter yang mempunyai nasionalisme tinggi sehingga mempunyai konsep selektif untuk dapat memilah-milah baik buruknya suatu tindakan yang akan mereka lakukan dengan prinsip patriotis. Akan tetapi, nasionalisme saja tidak cukup untuk membangun karakter yang berhasil. Runtuhnya nilai religius di kalangan generasi muda sangat berpengaruh terhadap pola liku setiap tindakannya.
Nasionalisme dan nilai religi mempunyai hubungan yang erat dalam proses pembentukan sebuah karakter generasi muda yang berhasil. Kedua nilai tersebut tidak dapat dipisahkan. Jika seseorang memiliki nasionalisme yang tinggi tapi tidak memahami dengan betul nilai religius, akan menimbulkan sikap fasisme. Lalu, apabila seseorang memiliki religi yang tinggu namun, tidak memiliki nasionalime dapat menimbulkan pemberontakan yang mengancam keutuhan NKRI.
Terciptanya karakter yang berhasil yakni dengan adanya timbal balik yang seimbang antara nilai-nilai nasionalisme dan religi. Namun, sementara ini belum ada konsep jelas mengenai pentingnya hubungan seimbang antara nilai religi dan nasionalisme sehingga para generasi muda sulit memahami dan mengerti pentingnya konsep tersebut dalam tindakan sehari-hari. Padahal jika seseorang sudah dapat bertindak dengan berpedoman pada nilai-nilai religi dan nasionalisme, proses pembentukan karakter akan menjadi sempurna karena nasionalisme dan nilai religi sudah memuat semua nilai-nilai yang ada seperti nilai kesopanan, nilai moral, dan nilai sosial.
Seperti Mgr. Albertus Seogija Pranata, merupakan pahlawan dengan sosok nasionalis dan religius. Beliau merupakan tokoh yang berkarakter. Setiap beliau bertindak demi kepentingan semua, pasti menggunakan landasan nasionalime diiringi dengan rasa religiusnya yang tinggi sehingga selalu dapat menyelesaikan setiap masalah yang berpihak bagi semua golongan, termasuk golongan yang berlainan kepercayaan. Beliau merupakan pemimpin berbasis pelayanan.
B. Identifikasi Masalah
1.   Generasi muda yang sudah mulai melupakan para pahlawan bangsa.
2.   Pahlawan Mgr. Albertus Soegija Pranata belum dikenal secara luas oleh masyarakat.
3.   Belum tertanamnya nilai-nilai kepahlawanan Mgr. A. Soegijapranata dalam diri generasi muda.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis hanya akan membahas permasalahan sebagai berikut :
1.   Akan membahas tentang nilai-nilai kepahlawanan yang dapat diambil dari Mgr. Albertus Soegijapranata.
2.   Akan membahas tentang nilai-nilai dari Mgr. Albertus Soegija Pranata dapat dijadikan sebagai pedoman/keteladanan bagi generasi muda dalam pembentukan karakter
D. Rumusan Masalah
       Dari uraian latar belakang tersebut, penulis rumuskan masalahnya sebagai berikut :
1. Nilai-nilai apa saja yang dapat diambil dari Mgr. Albertus Soegija Pranata?
2.   Apakah nilai-nilai dari Mgr. Albertus Soegija Pranata dapat dijadikan sebagai pedoman/keteladanan bagi generasi muda dalam pembentukan karakter ?

E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui nilai-nilai yang dapat diambil dari Mgr. Albertus Soegija  Pranata.
2.   Mengetahui nilai-nilai dari Mgr. Albertus Soegija Pranata dapat dijadikan sebagai pedoman/keteladanan bagi generasi muda dalam pembentukan karakter.

F. Metode Penelitian
       Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 4 metode yaitu study literatur, observasi, argumentatif, dan triangulasi data.
1. Study Literatur
  Metode pencarian data dengan study literatur penulis lakukan dengan membaca buku-buku sebagai referensi penelitian. Study literatur dimaksudkan agar hasil penelitian benar-benar sesuai dengan teori yang ada dan mendapatkan hasil penelitian yang optimal serta dapat dipertanggungjawabkan validitasnya.2. Observasi dan Wawancara
                   Observasi penulis lakukan di sekitar Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal. Dalam melakukan observasi, penulis melakukan penyebaran angket kepada 200 responden yang terdiri dari 100 orang dewasa dan 100 orang remaja. Lalu penulis melakukan wawancara kepada semua responden untuk mengetahui bagaimana pendapat mereka tentang nilai-nilai kepahlawanan dari Mgr. Soegija Pranata sekaligus pendapat para responden terhadap konsep pedoman yang penulis simpulkan dari nilai-nilai Mgr. Soegija Pranata. Tujuan penulis lakukan penyebaran angket selain untuk mengetahui pendapat para responden, juga untuk mendapatkan data kuantitatif yang lebih valid dan tidak hanya sekedar data data dari literatur saja.
3. Argumentatif
                   Metode penelitian yang dilakukan penulis setelah melakukan study literatur yakni argumentatif, yaitu suatu perumusan pendapat / gagasan setelah mempelajari buku-buku, tulisan, media cetak dan lain-lain.

4.  Triangulasi Data
                   Triangulasi adalah proses untuk mendapatkan data valid melalui penggunaan variasi instrumen. Metode ini merupakan cara pengkombinasian antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan cara mengecek antara satu hasil penelitian (kualitatif misalnya) dapat dicek dari hasil penelitian lain (kuantitatif). Dalam metode ini, penulis mengutamakan data kualitatif dari referensi dan dengan hasil yang diperkuat dari data kuantitatif (sebagai fasilitator) untuk memudahkan penelitian. Penulis melakukan Triangulasi dengan memanfatkan penggunaan penyidik atau pengamat yang lainnya dengan tujuan untuk membantu mengurangi penyimpangan dalam pengumpulan data sehingga mendapatkan data yang valid.

G. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang karakter yang berjiwa Nasionalis nan religius seperti Mgr. Albertus Soegija Pranata.
2. Bagi Pembaca
Menambah pengetahuan pembaca mengenai karakter yang dimiliki Mgr. Albertus Soegija Pranata yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam bertindak dengan konsep nasional-religius.
3. Bagi generasi Muda
Menciptakan sebuah konsep yang diambil dari nilai-nilai dari Mgr. Albertus Soegija Pranata  sebagai pedoman dalam melakukan sebuah tindakan dengan pola nasionalis nan religius untuk membantu proses pembentukan karakter yang berhasil.
4. Bagi Pendidikan
Sebagai media belajar tambahan mengenai nilai-nilai kepahlawan dengan tujuan dapat meningkatkan pemahaman siswa untuk membantu membentuk karakter siswa yang santun dalam perilaku nan unggul dalam prestasi.


H. Sistematika Penulisan
Penelitian ini penulis susun dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sisematika penelitian.
BAB II : Landasan Teori dan Pembahasan
BAB III : Penutup yang memuat kesimpulan dan saran.



BAB II
PEMBAHASAN

1. Mgr. Albertus Soegijapranata
Mgr. Albertus Soegijapranata (lahir 25 November 1896 – Meninggal 22 Juli 1963 pada umur 66 tahun), lebih dikenal dengan nama kecilnya soegija, merupakan Vikaris Apostolik Semarang, kemudian menjadi uskup agung. Ia lahir di Surakarta pada tanggal 25 November 1896 sebagai anak kelima dari sembilan bersaudara dari keluarga Karijosoedarmo. Karijosoedarmo semula merupakan abdi dalem di Kraton Surakarta yang kemudian pindah domisili ke Yogyakarta. Di Yogyakarta, mereka tinggal di kampung Ngabean, sebuah kampung di sebelah barat Kraton. Ayah Mgr. Albertus Soegija Pranata asli dari Yogyakarta, sedangkan ibunya dari Surakarta.
Dalam jalur pendidikan formal, Soegija menempuh sekolah Rakyat-nya di dua tempat, yaitu di SR Ngebean dan di Wirogunan. Lalu ketika di Lempuyangan mulai dibuka Hollandsch Inlandsche School (HIS), beliau melanjutkan sekolahnya ke daerah tersebut. Selanjutnya, Soegija melanjutkan pendidikan ke Sekolah di Muntilan yang dirintis oleh Rama van Lith. Tahun 1915, Soegija menyelesaikan masa belajarnya di Kolase Xaverius, lalu ia menjalani praktik sebagai guru selama satu tahun.
Tahun 1919, seusai Perang Dunia I, Soegija untuk pertama kalinya menjejakan kaki di Belanda guna mempersiapkan diri sebagai imam pribumi. Tahap pertama yang dijalaninya di sebuah gymnasium milik Ordo Salib Suci di kota Uden, Belanda Utara. Tahap selanjutnya, 27 September 1920 soegija mengalami masa novisiat selama dua tahun di Novisiat Serikat Yesus, Mariendaal, Grave. Antara tahun 1923-1926, Soegija menjalani studi filsafat di kota Oudenbosch.
Pada akhir Agustus 1928, soegija kembali pergi ke Belanda untuk menjalani tugas studi Teologi di Maastrich selama empat tahun (1928-1932). Belum selesai menjalani masa studi teologinya, Soegija menerima tahbisan imam, lalu Soegija menambahkan sebuah kata  yang lain sehingga namanya menjadi A. Soegija Pranata. Lalu pada akhir tahun 1933, Soegijapranata kembali ke Indonesia dan ditugaskan di Gereja Katolik Kidul Loji.
Dari sekian riwayat Mgr. Albertus Soegija Pranata, banyak sekali nilai-nilai yang dapat diambil dari beliau. Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ adalah seorang pimpinan Gereja Katolik di Indonesia pertama dari kalangan pribumi. Beliau Merupakan tokoh nasional yang memiliki religius tinggi. Sosok beliau memiliki peran penting bagi bangsa.
 Soegijapranata membantu menyelesaikan Pertempuran Lima Hari dan menuntut agar pemerintah pusat mengirim seseorang dari pemerintah untuk menghadapi kerusuhan di Semarang. Selama revolusi nasional Soegijapranata berusaha untuk meningkatkan pengakuan Indonesia di dunia luas dan meyakinkan orang Katolik untuk berjuang demi negera mereka.
Pada tanggal 3 Januari 1961 ia diangkat sebagai uskup agung, saat Tahta Suci mendirikan enam provinsi gerejawi di wilayah Indonesia. Saat penguasa Jepang berusaha untuk menyita Katedral Semarang untuk digunakan sebagai kantor, Soegijapranata menyatakan bahwa mereka hanya boleh mengambil gereja tersebut kalau mereka memenggal kepalanya dulu; pihak Jepang kemudian menemukan tempat lain. Soegijapranata juga mencegah penyitaaan Pastoran Gedangan, tempat ia tinggal. Ia dan warga Katolik lain juga mengumpulkan makanan untuk klerus yang ditahan, dan Soegijapranata terus menjaga hubungannya dengan para tahanan; ia memberikan informasi dan berita kepada mereka.
Untuk mendukung kemerdekaan Indonesia, Soegijapranata memerintahkan agar sebuah bendera Indonesia dikibarkan di depan Pastoran Gedangan. Karena peduli akan kesengsaraan rakyat, vikar apostolik itu menyatakan bahwa pihak Sekutu harus menghentikan pertempuran di luar; pihak Sekutu mengaku bahwa mereka tidak bisa, sebab mereka tidak kenal dengan komandan Jepang. Soegijapranata lalu menghubungi pihak Jepang dan, siang itu, menjadi perantara dalam pembuatan gencatan senjata.  ia menasihati orang-orang Katolik agar berjuang demi negara Indonesia; ia menyatakan bahwa mereka "baru boleh pulang kalau mati".
Pada 3 Januari 1946 Soekarno-Hatta beserta jajarannya mengalihkan pusat pemerintahan RI ke Yogyakarta. Kemudian salah satu sikap nasionalisme Soegijapranata ditunjukan dengan cara memindahkan pusat pelayanan dari Semarang ke Yogyakarta pada tanggal 13 Februari 1947.
Setelah tidak berhasilnya  Perjanjian Linggajati, yang dimaksudkan untuk menghentikan perang antara Indonesia dan Belanda, serta serangan besar Belanda terhadap Indonesia pada tanggal 21 Juli 1947, Soegijapranata, melalui sebuah pidato di Radio Republik Indonesia, menyatakan bahwa orang-orang Katolik akan bekerja sama dengan pejuang Indonesia. Soegijapranata juga banyak menulis kepada Tahta Suci, yang menanggapi surat-surat Soegijapranata dengan mengirim Georges de Jonghe d'Ardoye sebagai duta ke Indonesia; ini membuka jalur diplomasi antara Vatikan dan Indonesia. D'Ardoye tiba di wilayah Republik pada bulan Desember 1947 dan bertemu dengan Presiden Soekarno.
Setelah Agresi Militer Belanda II, ketika Belanda menduduki ibukota di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948, Soegijapranata menyatakan bahwa perayaan Hari Natal tidak boleh mewah, sebab rakyat sedang sengsara. Selama Belanda menguasai Yogyakarta Soegijapranata dapat mengirim beberapa tulisannya ke luar negeri; tulisan ini, yang dimuat di majalah Commonweal, mendetail kehidupan sehari-hari orang Indonesia di bahwa kekuasaan Belanda dan menggugat agar masyarakat internasional mengutuk Belanda. Soegijapranata juga berpendapat bahwa blokade Belanda terhadap Indonesia tidak hanya mencekik ekonomi Indonesia, tetapi juga meningkatkan kekuasaan orang-orang Komunis. 
Ketika Belanda mulai mengundurkan diri setelah Serangan Umum 1 Maret 1949, Soegijapranata mulai berusaha agar orang Katolik mendapat peran dalam pemerintahan. Ia bekerja sama dengan orang Katolik lain untuk mendirikan kelompok pekerja yang dibuka untuk orang Katolik dan non-Katolik. Salah satu kelompok yang didirikan ialah Buruh Pancasila, yang dibentuk pada tanggal 19 Juni 1954 organsisasi tersebut juga merupakan salah satu cara Soegijapranata untuk mempromosikan falsafat Pancasila.
 Pada tanggal 2 November 1955 Soegijapranata dan beberapa uskup lain mengeluarkan sebuah surat pastoral yang mencela paham komunisme, Marxisme, dan materialisme; mereka juga minta agar pemerintah memperlakukan setiap warga negara dengan adil dan bijaksana.
2. Konsep yang diambil dari nilai-nilai Soegijapranata
    Berikut konsep pedoman yang dikembangkan penulis dari nilai-nilai Mgr. Albertus Soegija Pranata :
Generasi yang tidak berkarakter

Selalu termotivasi untuk menjadi lebih baik
 

Semangat juang tinggi
 


Pantang Menyerah

Nasionalisme tinggi

Religi Tinggi

Rasa sosial yang besar

Sosok yang cerdas

Memiliki sikap selektif dan disiplin tinggi

Karakter berhasil yang cerdas, memiliki nasionalisme dan religi yang tinggi seperti Mgr. Albertus Soegija Pranata

   Untuk mengetahui bagaimana efektifitas pedoman yang diambil dari nilai-nilai Mgr. A. Soegijapranata, penulis memberikan angket kepada kepada 200 responden yang terdiri dari 100 orang dewasa dan 100 orang remaja.
Dewasa
Remaja
Sangat Efektif
Efektif
Cukup Efektif
Sangat Efektif
Efektif
Cukup efektif
87
12
3
79
13
6


BAB III
SIMPULAN dan SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi penulis dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai-nilai yang dapat diambil dari Mgr. Albertus Soegija Pranata yaitu :
a. Kepribadian yang kuat dan tegar
b. Nasionalisme yang tinggi 
c. Memiliki nilai religius yang tinggi
d. Memiliki sikap selektif
e. Sosialisasi yang tinggi
f. Berani dan pantang menyerah
g. Membela yang benar
h. Sosok yang cerdas
i. Adil dan bijaksana dalam menanggapi masalah
j. Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan agamanya
k. Semangat juang tinggi
l.  Disiplin yang tinggi
2. Nilai-nilai dari Mgr. A. Soegijapranata, SJ dapat dijadikan sebagai konsep pedoman bagi generasi muda untuk membentuk karakter yang berhasil. Hal ini juga dibuktikan dengan angket yang telah dibagikan menunjukan hasil yang efektif sehingga konsep dari nilai-nilai Mgr. A. Soegijapranata, SJ dapat digunakan sebagai pedoman generasi muda untuk membentuk karakter berhasil yang memiliki nasionalisme dan religius tinggi seperti Mgr. A. Soegijapranata, SJ.
B. Saran
1. Kepada generasi muda marilah kita mencintai para pahlawan bangsa karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.
2. Kepada guru dan orang tua selaku pendidik diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai pahlawan kepada para generasi muda semenjak kecil sehingga terbiasa dengan budaya baik para pahlawan bangsa.
3. Kepada pemerintah/pemimpin diharapkan dapat merancang dan merealisasikan sebuah program yang dapat meningkatkaan rasa cinta generasi muda akan para pahlawan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Subanar, Budi. 2012. Soegija Catatan Harian Seorang Pejuang kemanusiaan. Yogyakarta: Galangpress.
Frederick, William H dan Soeri Soeroto. Ed. 1982. Pemahaman Sejarah Indonesia. Sebelum dan Sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES.
Moeryantini, M.H. 1975, Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ. Ende: Nusa Indah.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2003.
Mortimer, Rex. 2012. Indonesian Comunism Under Sukarno ideologi dan politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://triatmono.wordpress.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Albertus_Soegijapranata

Curiculum Vitae

Nama                              : Zenith Dito Rissaldy
Tempat Tanggal Lahir     : Kendal, 13 Mei 1996
Alamat Rumah                :Jalan Sukorejo RT 06/07 Sukorejo Kendal 51363
Agama                            : Islam
Jenis Kelamin                  : Laki-laki
Kelas                              : XI IPA 3
NIS                                 : 5394
NISN                              : 9945995084
Handphone                      : 0852 9120 6000
Telepon                          : (0294) 452076
Email                              : zenith.d.r@gmail.com
Sekolah                          : SMA Negeri 1 Sukorejo Kendal
Alamat Sekolah               : Jalan Banaran 5 Sukorejo Kendal 51363
Telp/Fax                         : (0295) 452 091
Prestasi karya ilmiah       :   1.   Juara 1 Lomba Karya Ilmiah Kewirausahaan
SMA/Sederajat tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2011
 2.   Juara 1 Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia   
      tingkat Kabupaten bidang IPS dan Humaniora
2011
 3.   Juara 1 Lomba Karya Ilmiah Lingkungan Hidup
SMA/Sederajat tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2012
 4.   Finalis LKTI FPMIPA UPI

No comments:

Post a Comment