Saturday, April 16, 2016

MAKALAH JUARA BID. IPS OPSI SELEKSI PROVINSI JAWA TENGAH NAFISA AULIA ROHMAH DAN AMALIA RIZQI R



POTENSI MUSEUM DIENG KAILASA ALTERNATIFE SARANA EDUKASI DAN REKREASI

OLEH:
NAFISA AULIA ROHMAH
AMALIA RIZQI ROSANINGDYAH

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Nomor 5, Tahun 1992, Bab IV tentang Benda Cagar Budaya disebutkan, setiap orang yang memiliki atau menguasai benda cagar budaya wajib melindungi dan memeliharanya dengan memerhatikan nilai sejarah dan keaslian  bentuk serta pengamanannya. Cagar budaya yaitu warisan hasil budi daya manusia yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
 Berbagai cagar budaya dari masa prasejarah sampai dengan masa kolonial banyak tersebar di beberapa daerah di Jawa Tengah, baik yang sudah menjadi koleksi museum ataupun masih berada di tempat asli.  Daerah yang mempunyai museum diantaranya museum Ronggowarsito, museum Diponegoro, museum Radya pustaka, museum Sangiran, museum Pati Ayam dan yang menarik ada museum Dieng Kailasa.
Optimalisasi potensi obyek wisata bertujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena industri pariwisata merupakan sarana bisnis yang setrategis bila dibandingkan dengan sektor pertanian dan peternakan. Semakin majunya industri pariwisata, secara tidak langsung akan meningkat kesejahteraan masyarakat karena akan semakin banyak kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat untuk menambah penghasilan. Namun optimalisasi potensi obyek wisata hendaknya diimbangi dengan pendidikan secara kontekstual. Pelajar Indonesia harus mempunyai semangat, kesabaran dan  ketekunan, sebagai seorang pelajar dapat mengaplikasikan dengan semangat belajar dan dapat dijadikan sebagai pedoman bagi generasi muda untuk membentuk karakter yang berhasil. Oleh sebab itu mempelajari potensi museum Dieng Kailasa merupakan suatu keharusan.
Berdasarkan data yang penulis dapatkan dapat di ketahui di museum Dieng Kailasa memiliki potensi yang luar biasa terhadap informasi tentang artefak, cerita tentang geologi, flora-fauna, kehidupan sehari-hari dan kepercayaan, serta kesenian Dieng. Museum Dieng Kailasa terdiri dari dua bangunan, bangunan depan disebut Kailasa I dan dibelakang disebut Kailasa II. Museum ini berada dikomplek Candi Dieng. Balai Peninggalan Purbakala (BP3) mengapresiasi pada pihak yang mendirikan museum yang didalamnya tersimpan potensi yang perlu digali maknanya guna memberikan energi generasi muda  untuk membentuk negara Indonesia yang eksis di era globalisasi.
Sebagai upaya untuk melestarikan dan meningkatkan pengetahuan serta kecintaan generasi muda terhadap peninggalan sejarah di dataran tinggi Dieng maka dibangunlah museum yang diberi nama museum Dieng Kailasa. Museum Kailasa merupakan salah satu contoh lokasi perkembangan agama Hindu serta sebagai media informasi tentang jejak peradaban masyarakat di Dieng. Selain itu ada koleksi benda-benda purbakala, budaya dan etnografi serta pemutaran film arkeologi, sehinga sangat cocok untuk sarana pembelajaran siswa dan obyek wisata yang sangat prospektif.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang seperti di atas, maka rumusan masalah yang diajukan sebagai berikut :
a)           Apakah museum Dieng Kailasa bisa memotifasi untuk membentuk karakter generasi muda diera budaya?
b)            Apakah Museum Dieng Kailasa bisa menjadikan alternatif untuk pengembangan wisata edukasi?
c)            Nilai apa saja yang dapat diambil dari museum Dieng Kailasa?

C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah adalah sebagai berikut:
a)         Untuk mengetahui museum Dieng Kailasa bisa memotifasi generasi muda untuk membentuk karakter generasi muda diera budaya.
b)         Mengetahui Museum Dieng Kailasa bisa menjadikan alternatif untuk pengembangan wisata edukasi.
c)         Mengetahui Nilai apa saja yang dapat diambil dari museum Dieng Kailasa.
  

D.       Manfaat Penelitian
a)             Bagi penulis
 Sebagai wahana untuk menambah pengetahuan cagar budaya di Indonesia kususnya                 tentang  perkembangan agama Hindu dan jejak peradaban masyarakat Dieng.
b)             Bagi Pendidikan
 Sebagai media belajar tambahan dalam hal pendidikan dan sebagai media tambahan praktikum pada arkeologi dan sekaligus dapat meningkatkan kreatifitas siswa untuk menciptakan inovasi-inovasi pendidikan yang dapat menunjang proses pembelajaran.
c)             Bagi Masyarakat Umum
Dengan penulisan ilmiah ini dapat memberikan  gambaran tentang museum Dieng Kailasa dan hasil budaya di dalamnya sehingga masyarakat umum bisa tertarik mengunjungi museum sebagai alternatif untuk wisata budaya.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Sejarah Dataran Tinggi Dieng
Nama Dieng berasal dari gabungan dua kata bahasa Kawi:”di” yang berarti tempat atau gunung dan “Hyang” yang bermakna (Dewa). Dengan demikian, Dieng berarti daerah pegunungan tempat para dewa dan dewi bersemayam. Teori lain menyatakan , nama Dieng berasal dari bahasa Sunda(“di hyang”) karena diperkirakan pada masa pra-Medang (sekitar abad ke-7 Masehi) daerah itu berada dalam pengaruh politik.
Dieng adalah kawasan dataran tinggi di Jawa Tengah, yang masuk Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya di sekitar barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Ketinggian rata-rata adalah sekitar 2.000 M di atas permukaan laut . Suhu berkisar 15-20̊ C di siang hari dan10 ̊ C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli danAgustus), suhu udara dapat mencapai 0̊ C.
Dataran tinggi Dieng adalah kawasan vulkanik yang terbentuk secara bertahap sejak masa kuarter, 2 juta tahun yang lalu.
a)      Tahap awalnya aktifitas erupsi vulkanik membentuk kawah dan pegunungan.
b)      Tahap kedua sebagai kawah tidak aktif lagi dan menjadi kantong-kantong air hujan didataran diantara pegunungan.
c)      Tahap ketiga kegiatan vulkanik di dalam bumi masih terus berlangsung dan pengaruh larutan hidrotermal menyebabkan terjadinya mata air panas dan kawah-kawah baru.proses ini berlangsung hingga sekarang.


B.     Pengertian Museum
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 1995, museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa. Sedangkan menurut Intenasional Council of Museum (ICOM) : dalam Pedoman Museum Indoneisa,2008. museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri manusia dan lingkungannya untuk tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.
Museum adalah lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Museum berfungsi mengumpulkan, merawat, dan menyajikan serta melestarikan warisan budaya masyarakat untuk tujuan studi, penelitian dan kesenangan atau hiburan (Ayo Kita Mengenal Museum ; 2009).
Pengertian museum. Museum berasal dari kata Latin “mouseion”, yaitu kuil untuk Sembilan Dewi Muses, anak Dewa Zeus yang tugas utamanya adalah menghibur. Jadi museum merujuk pada perbuatan atau sesuatu yang membuat orang lain gembira. Museum digunakan untuk menyebut lembaga yang menyimpan dan memelihara koleksi benda-benda seni atau benda bernilai sejarah dan ilmu pengetahuan. Koleksi museum ditampilkan untuk pembelajaran dan kesenangan masyarakat. Museum adalah tempat yang paling ideal sebagai wadah kegiatan “edutainment” (education = pendidikan sekaligus entertainment = hiburan). Seorang ahli museologi George dan Sherrell-Leo (1989), menyatakan bahwa museum yang baik seharusnya dapat menjadi pintu gerbang bagi umat manusia untuk memasuki dunia luar kita, museum juga harus dapat menarik, menghibur dan merangsang keingintahuan dan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong proses pembelajaran. Museum harus mampu mampu membangkitkan minat orang tua maupun generasi  muda untuk mengkaji dunia di luar mereka.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 : dalam Pedoman Museum Indoneisa,2008. museum memiliki tugas menyimpan, merawat, mengamankan dan memanfaatkan koleksi museum berupa benda cagar budaya. Dengan demikian museum memiliki fungsi besar. Sebagai tempat pelestarian, museum harus melaksanakan   kegiatan sebagai berikut :
a)      Penyimpanan, yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleksi, pencatatan koleksi, sistem penomoran dan penataan koleksi.
b)      Perawatan, yang meliputi kegiatan mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi.
c)      Pengamanan, yang meliputi kegiatan perlindungan untuk menjaga koleksi dari gangguan atau kerusakan oleh faktor alam dan ulah manusia.
d)     Sebagai sumber informasi, museum melaksanakan kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian.
e)      Penelitian dilakukan untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi.
f)       Penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.
C.    Sejarah Museum Kailasa
Museum Dieng “Kailasa” terletak di kompleks Gedung Arca milik Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah, di dekat Candi Gatotkaca, Dieng, Kecamatan Batur, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Dengan dibangunya Museum Kailasa menambah kekayaan obyek wisata di Banjarnegara, Museum ini diresmikan oleh Menbudpar tanggal 28 Juli 2008, Museum Kailasa ini berisi artefak dan cerita tentang geologi, flora-fauna, kehidupan sehari-hari kepercayaan, serta kesenian Dieng.
Museum ini diberi nama Kailasa, sesuai dengan nama salah gunung tempat tinggal Dewa Syiwa. Nama ini diambil karena kepurbakalaan Dieng diwarnai dengan pemujaan terhadap Dewa Syiwa, yang dapat diketahui dari percandian maupun prasasti. Di kompleks museum terdapat toko cinderamata, mushola . Bagian atas atap museum digunakan sebagai panggung terbuka, sementara di dalam museum terdapat teater yang memutar film dokumenter tentang Dieng. Biaya masuk menikmati museum ini cukup murah, Rp 5.000. Museum Dieng Kailasa juga memiliki fasilitas kafe serta teater. Museum ini buka dari pukul 08.00 hingga pukul 15.00.
Ruang pertama museum kailasa memiliki koleksi arca- arca yang ditemukan diseputar Dataran Tinggi Dieng. Koleksi dari arca-arca ini tidak begitu banyak dan bentuknya yang sudah tidak mulus lagi.Ruangan kedua terletak di lantai dua museum kailasa ini. Lantai dua museum ini diresmikan pada tahun 2006 oleh Menteri Pariwisata dan Kebudayaan yang pada saat itu dijabat oleh Bapak Jero Wacik. Di lantai dua ruangan ini kleksi museum ditata bentuk dan tata letaknya dengan ruang informasi di obyek wisata lain yang dibangun pada tahun 2006. Ada banyak informasi yang dipaparkan di ruangan ini, dari mulai kisah awal-mula Dataran Tinggi Dieng hingga kisah candi-candinya.Dataran Tinggi Dieng adalah kawasan vulkanik yang terbentuk secara bertahap sejak 2 juta tahun yang lalu. Tahap awalnya aktivitas erupsi dan vulkanik membentuk kawah dan pegunungan. Tahap kedua, sebagian kawah tidak aktif lagi dan berubah menjadi kantong-kantong penadah air hujan. Tahap ketiga aktivitas vulkanik di dalam bumi masih terus berlangsung dan pengaruh larutan hidrotermal menyebabkan terjadinya mata air panas dan kawah-kawah baru hingga saat ini.
Beberapa panel menyajikan informasi seputar kehidupan warga di Dataran Tinggi Dieng. Ada panel yang bercerita tentang gaya hidup warga Dieng, pertanian mereka, keragaman Masjid dan Mushalla di Dieng, kesenian lokal, hingga mitos anak bajang. Panel-panel yang lain lebih banyak menyajikan informasi seputar Dataran Tinggi Dieng sebagai pusat aktivitas agama Hindu. Sebagian besar diantaranya memang menyajikan informasi seputar candi-candi di Dieng. Tidak ketinggalan arti nama Dieng yang berasal dari kata “Di” yang berarti gunung dan “Hyang” yang berarti Dewa. Jadi Dieng berarti gunung tempat dewa tinggal. Panel-panel mengenai candi mengulas seluk-beluk arsitektur candi di Dataran Tinggi Dieng dan di Jawa Tengah. Seperti bagan bagian-bagian candi, perbandingan arsitektur candi, teknik konstruksi candi dan lain sebagainya. Memang candi-candi yang dijadikan acuan mayoritas merupakan candi Hindu. Sebagai pelengkap informasi panel, disajikan juga artifak-artifak dan arca-arca penunjang. Dari panel informasi ini pula aku baru tahu bahwa mayoritas penduduk Dieng di masa lampau memuja Dewa Siwa yang identik dengan Dewa Pemusnah dalam agama Hindu. Tidak hanya di Dieng saja, sebenarnya di Yogyakarta dan Jawa Tengah juga, karena itu nggak heran kalau candi-candi Hindu di Yogyakarta dan Jawa Tengah banyak memiliki arca lingga-yoni yang merupakan perwujudan Dewa Siwa sebagai dewa kesuburan. Ternyata arca Dewa Siwa di Dieng memiliki penggambaran yang berbeda-beda, seperti Siwa Trisirah dan Siwa Nandisawahanamurti.


BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Waktu Penelitian
Adapun pelaksaan penelitian yang penulis lakukan kurang lebih selama 42 hari mulai dari tanggal 3 September  2014 sampai tanggal 14 Oktober 2014. Empat minggu pertama penulis mengumpulkan data penelitian yang  dibutuhkan sebagai bahan penelitian yang dilaksanakan penulis. Sisa waktu selama dua minggu digunakan oleh penulis untuk melakukan penulisan.
B.     Tempat Penelitian
Tempat atau lokasi penelitian berada didesa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, khususnya di Kecamatan Batur, di bukit Kailasa. Kecamatan Batur dipilih sebagai objek kajian penelitian karena di daerah tersebut merupakan salah satu sentral dari perkembangan agama Hindu.
C.    Metode Pengumpulan Data
Dalam mencari dan mengumpulkan data penelitian penulis menggunakan beberapa metode penelitian, yaitu :
a)      Studi Literatur
Metode pencarian data dengan study literatur penulis lakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dari sumber-sumbernya. Study literatur dimaksudkan agar hasil penelitian benar-benar sesuai dengan teori yang sudah ada dan mendapatkan hasil penelitian yang optimal serta dapat dipertanggungjawabkan  validitasnya.
b)     Metode observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama melakukan pengamatan (Gulo, 2007: 116). Metode observasi dalam penelitian ini berisi catatan atau kumpulan data. yang menggambarkan tentang Museum Kailasa karena daerah museum tersebut merupakan salah satu sentral obyek wisata di kecamatan Batur Banjarnegara.
c)      Dokumentasi
Metode dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi (Gulo, 2007: 123). Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai Museum Kailasa maka digunakan dokumen berupa foto.

BAB IV
PEMBAHASAN

  1. Museum Kailasa

Kailasa adalah sebuah museum yang berisi artefak dan keterangan geologi, pertanian, kesenian, kepercayaan, flora, fauna dan warisan arkeologi Dataran Tinggi Dieng. Museum kailasa terletak di komplek candi Dieng secara administratif masuk Kabupaten Banjarnegara.
Museum ini diberi nama Kailasa, yang diambilkan dari nama salah satu gunung tempat tinggal Dewa Syiwa. Nama ini diambil karena kepurbakalaan Dieng diwarnai dengan pemujaan terhadap Dewa Syiwa, yang dapat diketahui dari percandian maupun prasasti. Museum kailasa diresmikan pada tanggal 28 Juli 2008 Oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (Ir Jero Wacik).
Museum kailasa merupakan salah satu obyek wisata religius yang terdapat di dataran tinggi dieng, didalam museum terdapat peninggalan peradaban Hindu Jawa kuno pada abad ke-7 sampai dengan abad ke -8.
Museum Dieng Kailasa ini di buka setiap pukul 08.00 sampai 15.00 WIB. Adapun biaya masuk adalah Rp 5.000,-tiap orang. Selain itu untuk memasuki Museum Dieng Kailasa pengunjung harus mentaati beberapa peraturan. Peraturan itu antara lain :
a)            Membeli tiket
b)            Dilarang makan minum dan merokok didalam gedung ruangan
c)             Dilarang memegang dan mencoret-coret, merusak dan mengambil koleksi museum
d)            Pengunjung dilarang membawa tas dan jaket didalam ruang peragaan museum
a)      Lokasi
Museum ini terletak di kompleks Candi Dieng milik Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah. Lokasi museum ini berada di seberang Candi Gatotkaca, Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah.
b)     Sarana dan Prasarana
Beberapa sarana prasarana penunjang di museum antara lain :
Bangunan museum dibagi menjadi dua yaitu :   Kailasa I,  Kailasa II,  di museum terdapat loket, papan pengumuman, aula pertemuan, kantor keaman, ruang informasi, denah peta wisata, teater, tempat parker, warung makan/kantin, musola, toilet, taman, lampu penerangan dalam museum, gardu pandang.

B.     Peran Museum Dieng Kailasa bagi Komplek Candi Dieng
Museum Dieng Kailasa adalah sebuah museum yang  memiliki peran penting bagi  komplek Candi Dieng, karena dengan adanya museum Dieng Kailasa apabila wisatawan mengunjungi komplek Candi Dieng tidak kuat berjalan mereka bisa mempelajari di museum. Museum Dieng Kailasa berperan sebagai pelengkap Candi karena di sana terdapat cara pembuatan candi, sejarah candi, bagian-bagian Candi . Salah satu fungsi dan tugas museum Dieng Kailasa yaitu memperkenalkan dan memberi wisata edukasi dan rekreasi. Petugas museum memiliki beberapa cara untuk memperkenalkan hasil Koleksinya salah satunya yaitu dengan diadakan pameran, pemasangan iklan layanan masyarakat melalui media cetak dan sebagainya.
a)      Obyek Edukasi
Salah satu fungsi dan tugas museum Dieng Kailasa yaitu memperkenalkan dan memberi wisata edukasi. Petugas museum memiliki beberapa cara untuk memperkenalkan hasil Koleksinya salah satunya yaitu dengan diadakan pameran, pemasangan iklan layanan masyarakat melalui media cetak dan sebagainya. Pemerintah daerah dapat memanfaatkan kebudayaan daerah sehinga akan dikunjungi berbagai kalangan masyarakat dan lebih di kenal masyarakat pada kususnya masyarakat JawaTengah. Museum Dieng Kailasan cocok untuk wisata edukasi dan rekreasi oleh berbagai kalangan masyarakat. Hal ini dibuktikan:
(a)    Murah.
(b)   Mudah dikembangkan.
(c)    Memberika pendidikan  tentang gambaran sejarah agama Hindu.
b)     Museum sebagai Mitra Pendidikan
Pendidikan tidak hanya dilakukan di sekolahan melainkan langsung (kontekstual) keberbagai tempat yang bersejarah. Misalnya Museum Dieng Kailasa dengan diadakan kunjungan langsung ke objek dapat menarik minat siswa untuk mengenal dan mempelajari nilai-nilai sejarah yang ada di Indonesia. Museum Dieng Kailasa terdapat peningggalan zaman Hindu, arca-arca yang sangat langka, cara pembuatan Candi dan jejak peradaban masyarakat Dieng.  Dengan ini para Siswa dapat menambah ilmu pengetahuan.

c)      Peran bagi Kesejahteraan Masyarakat
Dengan kunjung ke museum Dieng Kailasa masyarakat dapat memanfaatkan kekayaan budaya yang ada dengan berbagai kegiatan yang dapat di lakukan, diantaranya dengan berjualan berbagai macam souvenir, aksesoris, cinderamata khas Dieng diantaranya baju, tas, sarung tangan, masker, slayer, dari daerah tersebut.
Dengan berbagai macam makanan khas Dieng dapat menjadikan warga sekitar yang banyak berminat menjadi pedagang diantaranya menjual manisan carica, mie ongklok, kripik jamur, purwoceng semua makanan tersebut hasil karja keras mereka.
Dari sektor pertanian dengan adanya museum Dieng Kailasa masyarakat dapat memanfaatkanya  sumber daya alam dengan cara bertani/ berkebun.  Kawasan Dieng merupakan penghasil sayuran di dataran tinggi untuk wilayah Jawa Tengah. Kentang adalah komoditas utama. Dieng merupakan kawasan yang sangat cocok untuk daerah pertanian karena tanahnya yang subur dan lembab oleh karna itu masyarakat Dieng banyak yang bercocoktanam diantaranya: wortel, kubis, tomat, kacang dan bawang-bawangan dihasilkan dari kawasan ini. Selain sayuran, Dieng juga merupakan sentra penghasil pepaya gunung (carica) dan jamur. Namun demikian, akibat aktivitas pertanian yang pesat kawasan hutan di puncak-puncak pegunungan hampir habis dikonversi menjadi lahan pertanaman sayur. Museum Dieng Kailasa Prospek untuk masyarakat :
(a)    Menambah lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
(b)   Sebagai media pembelajaran tentang pertanian.
  1. Isi Museum Kailasa
Museum Kailasa ini berisi artefak dan panil keterangan tentang alam (geologi, flora-fauna), masyarakat Dieng (keseharian, pertanian, kepercayaan, kesenian) serta warisan arkeologis dari kawasan Dieng. Museum ini memiliki teater untuk melihat film (saat ini tentang arkeologi Dieng), panggung terbuka, serta restoran. Beberapa arca di dalam museum kailasa yaitu: Visnu, Sakti, arca Dewa, Kala, Siwa, Mahakala, Nandi, Arca Dewi, Ratna,Fragmen Memuncak, Lingga, Yoni, arca penjaga pintu, batu tungku, arca bagian pintu candi. Yang tidak kalah menarik adalah cara pembuatan candi. Kita perlu mengetahui betapa sulitnya para pembuat candi tersebut dan bagaimana cara meniru semangat, kesabaran dan  ketekunan para pembuat candi tersebut yang telah bersusah payah membuat candi tersebut dan sebagai ilustrasi ketekunan membuat candi dengan menata batu kita sebagai seorang pelajar dapat mengaplikasikan dengan semangat belajar dan dapat dijadikan sebagai pedoman bagi generasi muda untuk membentuk karakter yang berhasil.
D.          Konsep yang diambil dari nilai-nilai museum Dieng Kailasa
Berikut konsep pedoman yang dikembangkan penulis dari nilai-nilai yang dapat di ambil dari museum Dieng Kailasa :
Generasi yang berkarakter
Memotifasi generasi muda untuk mengetahui sejarah Hindu
Selalu termotivasi untuk semangat dan berjiwa sosial
ketekunan
kesabaran
Religi Tinggi
Rasa sejarawan yang tinggi
Karakter berhasil yang cerdas





BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi penulis dapat disimpulkan sebagai berikut :
a)      Museum Dieng Kailasa bisa memotifasi generasi muda untuk membentuk karakter generasi muda diera budaya.
b)      Museum Dieng Kailasa bisa menjadikan alternatif untuk pengembangan wisata edukasi.
c)      Nilai yang dapat diambil dari museum Dieng Kailasa adalah nilai sejarah (history), nilai pembelajaran(edukasi), nilai keindahan(estetika).

B. Saran  
a)    Pemerintah Banjarnegara lebih peduli dan memperhahatikan terhadap Museum Dieng Kailasan mengingat museum tersebut memiliki fungsi atau peran sangat penting terhadap sejarah dan pelestarian cagar budaya.
b)    Perlu adanya promosi di sekolah-sekolah dan masyarakat, untuk mengenalkan museum tersebut.
c)    Kita sebagai anak bangsa harus menyayangi dan memajukan atau mengembangkan kebudayaan-kebudayaan di indonesia khususnya di Jawa Tengah.
d)                 Perlu adanya seorang ahli arkeolog untuk menterjemahkan isi museum.

DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat. 1998. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan
Mahfud, Choirul. 2009. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Soetarno, R. 1999. Aneka Candi Kuno di Indonesia. Jakarta: Dahara Prize
Soebroto, Ph. 1973. Kompleks Candi Dieng. Yogyakarta: IKIP
Sukatno, Otto, CR. 2004. Dieng Poros Dunia: Menguak Jejak Peta Surga yang Hilang. Yogyakarta: IRCiSOD
Susilo. 1996. Latar Belakang Penempatan Dewa-Dewa Trimurti pada Candi Srikandi Dieng. Skripsi Sarjana. Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM
                 
Soekmono. 1984. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia. Yogyakarta: Yayasan
Kanisius.

Sartono Kartodiharjo. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah.
Jakarta: Gramedia.








             

No comments:

Post a Comment